Merangkai Jaring Khatulistiwa Sebagai Pondasi Indonesia Maju
Indonesia adalah sebuah negara yang sangat luas bentangannya. Dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Semua ada dalam rangkaian zamrud khatulistiwa. Bak permadani yang menghampar hijau, nuansa pandangan cakrawala berhias aneka warna. Agama, suku bangsa, budaya, adat istiadat, dan keberagaman lainnya. Dalam amanat saktinya, Pancasila menjadi falsafah negara yang menghendaki adanya persatuan dan kesatuan yang akan mempererat bangsa dari masa ke masa.
Spirit HUT ke 75 Republik Indonesia yang diperingati pada tanggal 17 Agustus 1945, adalah Indonesia Maju. Di dalamnya terdapat makna bahwa kapal besar bernama Indonesia ini harus terus bergerak maju ke depan pada berbagai sektor. Salah satu faktor penggerak tentunya adalah pembangunan Sumber Daya Manusia Indonesia melalui pendidikan.
Pendidikan di masa pandemi, menghadapi tantangan yang menuntut para insan pendidikan keluar dari zona nyaman mereka. Guru dan siswa sebagai pelaku utama harus berjibaku demi peningkatan mutu pembelajaran. Dalam konsep merdeka belajar, guru diminta untuk belajar dalam merangkai jaring khatulistiwa. Apa itu jaring khatulistiwa ? Jaring adalah akronim dari Belajar Daring dan khatulistiwa adalah akronim dari akhlak, tulis (literasi), kreatif, dan perbawa. Makna dari Jaring Katulistiwa adalah bahwa pembelajaran daring harus dilakukan secara efektif agar peserta didik mempunyai akhlakul karimah (berbudi pekerti luhur) dan membekali diri dengan kemampuan literasi sehingga menjadi insan yang kreatif dan tangguh dalam menghadapi berbagai situasi. Sehingga nilai – nilai luhur (perbawa) itu akan terpancar dalam kesehariannya sebagai sosok generasi bangsa yang dapat dibanggakan.
Jaring khatulistiwa tidak serta merta dapat digunakan oleh guru dalam upaya membangun Indonesia Maju melalui pendidikan. Guru harus mempunyai semangat sebagai seorang penggerak di lingkungannya terlebih dahulu. Sehingga berbekal dari pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki olehnya, ia akan mampu merangkai sebuah jaring (pembelajaran daring) yang efektif.
Menurut Prof. Richardus Eko Indrajit, berikut
ini adalah cara merancang Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang baik:
·
Menentukan tujuan pembelajaran
Menentukan tujuan pembelajaran merupakan
bagian akhir dari proses pembelajaran namun harus dilakukan pertama kali.
Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
RI, Nadiem Makariem, pendidikan di Indonesia saat ini berfokus pada outcome peserta
didik, bukan pada content. Maksudnya adalah di akhir program pembelajaran,
siswa bukan hanya tahu materi – materi yang dipelajarinya melainkan bisa
melakukan berbagai hal setelah mempelajarinya.
·
Memahami cara mengukur keefektifan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan harus dapat diukur ketercapaian / keefektifannya. Jika guru merasa kesulitan untuk mengukur keefektifan tujuan pembelajarannya, maka itu berarti tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru tersebut kurang realistis, sehingga guru harus merevisi tujuan pembelajarannya.
·
Menetapkan tahapan / alur kegiatan
pembelajaran.
Mulai dari pendahuluannya, kemudian
bagian inti dan penutupnya. Bagian yang perlu diperhatikan oleh guru adalah
bahwa terdapat perbedaan antara PJJ dengan pembelajaran tatap muka yaitu pada
saat PJJ, guru dan siswa tidak bisa bertahan selama beberapa jam menatap layar
laptop dan mendengarkan penjelasan. Sehingga, dalam menetapkan alur
pembelajaran, guru harus berpatokan pada prinsip pembelajaran yang aktif,
kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
· Mengidentifikasi karakteristik peserta
didik. Terutama tentang kesiapan belajar dan kebutuhan belajar siswa. Sebagai
contoh, jika guru menetapkan tujuan pembelajaran yaitu siswa mampu untuk menyanyikan
lagu daerah, maka guru harus memastikan bahwa siswa sudah mengenal lagu daerah
tersebut.
· Menyusun strategi pembelajaran, merupakan
jabaran dari setiap tahapan / alur kegiatan pembelajaran. Dalam PJJ, kita dapat
memilih model pembelajaran inovatif, seperti Flipped Classroom, Online
Colaborative Learning, Experential Learning, Gamification
·
Membuat bahan ajar.
Guru dapat membuat dan mengembangkan
bahan ajar sendiri maupun menggunakan bahan ajar yang sudah ada. Dalam
pembelajaran inovatif di masa pandemi, guru dapat memperkaya siswa dengan
menyiapkan berbagai macam sumber bahan ajar dari internet. Guru dapat meminta
siswa untuk mengakses portal pembelajaran tertentu atau menyediakan link – link
yang berisi bahan ajar terkait topik yang sedang dipelajari.
·
Melakukan review / refleksi selama PJJ.
Dikenal dengan istilah evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran setelah proses pembelajaran yang dilakukan
sewaktu – waktu saat diperlukan. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan di akhir
program / semester.
Sepertinya tugas untuk merangkai jaring khatulistiwa yang akan menjadi pondasi Indonesia maju merupakan tugas berat bagi guru. Namun, jika guru sungguh – sungguh menanamkan rasa cinta tanah air dan tanggung jawabnya sebagai pendidik generasi bangsa, maka niscaya, kapal besar ini akan bergerak dari ketertinggalannya menuju era baru yang gemilang.
#lombamenulisdiblog
#bloggerPGRI
#HUTRIKe75
Sumber
tulisan : Ekoji Channel (Sesi 59) Bagaimana Cara Merancang PJJ yang baik?
Pagi cikgu Tere
BalasHapus