CERPENTING, SENI MENULIS TANPA IDE
![]() |
Buku Menulis Tanpa Ide Karya Budiman Hakim |
“Jangan menunggu ide datang, lalu baru menulis. Menulislah dulu, maka ide akan datang padamu.”--Budiman Hakim—
Setiap hari penulis membuat satu tulisan di
blog tercinta ini. Banyak teman – teman penulis yang bertanya, “Bagaimana cara
memunculkan ide yang banyak untuk menulis ?” Mereka menanyakan hal tersebut
karena katanya mereka baru akan bisa menulis jika sudah memiliki ide. Jadi,
yang susah itu bukan menuliskannya, tapi mencari idenya.
Apakah Anda setuju dengan pernyataan dari teman
– teman penulis di atas ? Menulis harus dimulai dengan ide. Sampai kemarin
sore, penulis setuju. Tapi tunggu dulu, sebab ada kesan baru yang penulis
dapatkan setelah mengikuti kegiatan belajar menulis gelombang 4 tadi malam. Kesan apakah itu ?
Pastinya itu adalah kesan yang sangat menarik
dan luar biasa mencerahkan. Oleh karena itu, penulis ingin membagikannya kepada
para pembaca setia blog ini, terutama bagi Anda yang ingin menjadi seorang
penulis.
Sebelumnya, penulis ingin sedikit menceritakan
tentang kendala yang penulis sendiri alami ketika awal – awal penulis menjadi
seorang blogger. Di antara sekian banyak kendala, ternyata penulis menemukan
sebuah kendala yang memang bukan hanya penulis sendiri yang mengalaminya
melainkan banyak juga penulis lain yang mengalaminya. Bahkan untuk sekelas
penulis senior pun, kendala ini akan menjadi “hantu” yang menakutkan. Dalam
dunia kepenulisan, istilahnya disebut “Writter’s Block” atau kebuntuan ide.
Sebagai seorang blogger, penulis merasa bahwa seorang
penulis harus kaya akan ide – ide baru dan segar. Alasannya adalah untuk
menarik minat pembaca blog. Artikel yang garing dan membosankan akan menjauhkan
viewer blog dan lama – lama blog kita pun akan ditinggalkan. Namun, mencari ide
segar setiap hari tentunya merupakan hal yang sulit. Sebab, tujuan kita menulis
di blog adalah ingin berbagi manfaat artikel yang ada di blog kita kepada orang
lain, betul, kan ?
Ternyata, pikiran ini sama sekali tidak benar.
Setidaknya itulah kesan pembelajaran setelah penulis mengikuti kegiatan belajar
menulis gelombang 4 tadi malam, kok bisa ? Tentu bisa,
karena Om Jay menghadirkan seorang narasumber yang memperkenalkan sebuah
pandangan baru dalam dunia kepenulisan, yaitu “Menulis Tanpa Ide”.
Sosok Istimewa di Balik Metode Menulis Tanpa Ide

Beliau
adalah Bapak Budiman Hakim, seorang pegiat literasi, copywriter dan penulis
beberapa judul buku yang sangat terkenal. di antaranya : Lanturan Tapi Relevan (Penggalian Ide untuk
Iklan), Ngobrolin Iklan Yuuuk (Iklan Dengan Segala Pernak Perniknya). Sex After
Dugem (Kehidupan Keseharian Seorang Copywritter), Go West and Gowes (Kehidupan
Keseharian Seorang Copywritter), Si Muka Jelek (Kehidupan Keseharian Seorang
Copywritter), dst.
Buku terbaru beliau yang
berjudul “Menulis Tanpa Ide” menjabarkan tentang cara – cara mudah untuk
menulis. Pada setiap pelatihan menulis yang dibawakan olehnya, Om Bud, sapaan
khas Bapak Budiman Hakim, selalu meminta para peserta pelatihan untuk
mempraktekkan metode “Menulis Tanpa Ide”.
Metode Menulis Tanpa Ide
Berikut ini adalah metode – metode yang
digunakan untuk Menulis Tanpa Ide :
1. Memanfaatkan
Emosi Dalam Cerpenting
Mari kita baca cerita berikut
:
Percakapan di Sebuah Bar
Saat
itu, saya sedang berada di sebuah kafe dan duduk di bar bersama Boni. Karena
home band yang main gak bagus, akhirnya kami memutuskan untuk ngobrol aja.
Ngediskusiin band – band yang kami suka.
“Eh,
Bon. Lo tau Superman is dead?” Tanya saya.
Di
luar dugaan Boni menjawab, “Hah? Innalilahiiii….Kapaaan????” Tanya Boni.
Hahahahahahaha…tentu
saja saya ngakak abis mendengar omongannya.
Bagaimana
pendapat Anda tentang cerita di atas ? Apakah Anda ikut tertawa membaca cerita
di atas ? Bagi Anda yang belum tahu, Superman is dead, adalah nama sebuah grup
band, jadi sama sekali maksudnya bukan Superman itu mati / meninggal.
Dari
cerita di atas, bisa jadi kita menganggap ide yang dimunculkan oleh penulis,
sama sekali tidak penting, atau istilahnya remeh, iya kan ? Inilah yang
dimaksud oleh Om Bud tentang Cerpenting. Apa itu Cerpenting ? Cerpenting
merupakan akronim dari Cerita Pendek Tidak Penting.
Hal
yang perlu diperhatikan saat menulis Cerpenting adalah meskipun ceritanya
sepele tapi kita bisa tertawa atau merasa terharu atas peristiwa itu. Dengan
kata lain cerita yang kita tulis dapat menggugah perasaan / emosi kita.
Cerpenting
dapat dilakukan dengan cara mengaktifkan panca indera kita untuk menuliskan
peristiwa – peristiwa remeh yang terjadi di sekeliling kita. Contoh peristiwa –
peristiwa di sekitar kita : kelucuan tingkah laku anak di rumah, cerita tentang
nasib sial yang kita alami saat mengendarai motor, lalu bensinnya habis dan
ternyata kita juga lupa membawa uang karena belum sempat pergi ke ATM.
Kemudian, setelah jauh – jauh mendorong motor sampai ke ATM, ternyata mesin ATM
nya rusak. Duh, ngenes. Atau cerita pengalaman seru tapi menakutkan saat
dikejar – kejar oleh kecoa terbang. Woowww !
Penulis
yakin, setiap orang pasti mempunyai kisah unik dan menarik seperti yang sudah
dicontohkan di atas, nah, tunggu apalagi ? TULISKAN !
Jangan
takut dengan pemikiran kita sendiri yang menganggap bahwa peristiwa – peristiwa
atau hal remeh itu tidak akan menarik untuk dibaca oleh orang lain.
Menulis Cerpenting memang menuliskan sesuatu yang TIDAK PENTING, tapi manfaatnya SANGAT PENTING.
Jika
kita bisa menggugah emosi pembaca dengan topik yang sangat sepele, apalagi kalau
kita menuliskan hal yang sangat penting, pasti akan menjadi sangat bagus. Di
sinilah seorang penulis akan mendapatkan pemicu semangatnya untuk terus
menulis.
Om Bud
menambahkan bahwa tulisan yang bagus adalah tulisan yang mampu menggugah emosi pembacanya.
Misalnya kita bisa menangis tersedu – sedu saat membaca sebuah novel tragedi,
maka kesimpulan kita pasti novel itu bagus dan layak menjadi novel best seller.
Begitu juga dengan cerita humor, ukuran kesuksesannya adalah,”Apakah buku kita
mampu membuat pembaca tertawa terbahak – bahak ?” Jadi, kata kuncinya adalah
“EMOSI”.
Kemudian,
jangan lupa tambahkan bumbu – bumbu penyedap tulisan itu. Hal ini tentunya bisa
kita dapatkan jika kita konsisten untuk menambah jam terbang kita dalam
menulis. Jadi, mulai dari sekarang, setiap Anda tergugah emosinya, langsung
dicatat.
“Kalau
saya, setiap kali emosi saya tergugah oleh suatu hal, saya catat, lalu saya
simpan di laptop. Kemudian saya kumpulkan file – file tersebut dalam satu
folder yang diber nama “SUMBER IDE”. Dan setiap kali saya butuh ide untuk
menulis, saya tinggal buka folder itu, inspiratif kan ?”
Katanya.
2. Memancing Ide
![]() |
Memancing Ide |
Bagian pertama tadi adalah bagaimana caranya memanfaatkan
emosi untuk menulis cerita. Nah, bagian kedua ini lebih pada pembahasan cara
untuk memancing ide, sebelum dikonversikan menjadi sebuah tulisan. Seperti saat
kita hendak memancing, tentunya kita perlu persiapan yang matang agar kita
mendapatkan hasil pancing yang banyak. Salah satu persiapannya adalah menyiapkan
umpan yang baik.
Untuk memancing ide, kita harus menjadi seorang observer /
pengamat yang mempunyai kejelian dalam mengamati obyek – obyek yang ada
disekitar kita. Caranya, seperti yang penulis sudah singgung sebelumnya yaitu
gunakan panca indera kita. Metode memancing ide ini diakui oleh Om Bud, sudah
dipraktekkan oleh sahabatnya yang juga seorang penulis, yaitu Pak Asep Herna.
Suatu hari, Pak Asep Herna sedang berada di kamarnya.
Beliau ingin menuliskan sesuatu, tetapi sayangnya saat itu Pak Asep mengungkapkan
bahwa idenya mandeg. Pak Asep duduk di depan laptopnya yang sudah menyala dari
tadi, namun layarnya masih kosong, belum ada satu pun huruf di layar laptopnya.
Kemudian, Pak Asep memandang ke sekeliling kamarnya dan
mengamati benda – benda
yang ada di kamarnya itu. Kemudian, mulailah beliau menuliskan nama – nama
benda tersebut, yaitu : printer, kertas, dinding, AC, jam, dan laptop. Setelah
itu, Pak Asep mulai mengetik dengan cara menyusun kalimat yang menghubungkan
semua benda tersebut.
Dan inilah hasil tulisannya : PRINTER warna hitam di
depanku menungguiku kaku, ditemani KERTAS – KERTAS kosong yang berserakan di
sekitarnya. Aku lihat DINDING tampak pusat, barangkali kedinginan karena berjam
– jam disembur AC yang begitu angkuh. JAM menunjukkan pukul 2 pagi. Tapi layar
LAPTOPKU masih juga kosong. Dan hingga detik ini, tak ada satupun ide bergairan
menghampiri.
Coba Anda perhatikan, bahwa Pak Asep Herna sudah
menggunakan salah satu dari Panca Indera nya untuk mulai menulis, yaitu mata.
Dengan melihat ke sekeliling kamarnya, beliau menemukan 6 benda yang
dijadikannya umpan untuk memancing ide. Sungguh hal yang sangat luar biasa.
Apakah Anda juga tertarik untuk mencoba metode memancing ide seperti yang dilakukan
oleh Pak Asep ?
Caranya
mudah, silakan lihat 6 benda yang ada di sekitar Anda dan buatlah tulisan
dengan cara menggunakan benda – benda tersebut ketika Anda merangkai kalimat
dalam cerita. Om Bud memilih 6 benda sebagai umpan memancing ide, menurut
beliau jumlah ini sudah sangat ideal. Jika kurang, maka ide kurang berkembang,
jika lebih maka bisa jadi kita menjadi bingung untuk merangkai kalimatnya.
Kesimpulan
:
1. Menulis adalah sebuah proses, skill menulis
tidak bisa diperoleh dalam waktu semalam.
2. Berlatihlah menulis dengan menyenangkan.
Misalnya seperti permainan mencari dan menemukan 6 benda sebagai umpan dalam
memancing ide.
3.
Menulis adalah mengekspresikan perasaan di
dalam hati.
4.
Menulis bukan untuk menyenangkan orang lain,
tetapi menyenangkan diri sendiri.
5.
Menulis adalah soal berimajinasi. Tidak ada
rumus – rumus baku.
6.
Libatkan emosi dalam menulis, saat tulisan kita
bisa menggugah emosi orang lain, maka itu berarti tulisan kita bagus
7.
Sebagai penulis, kita harus mempunyai creative
attitude yang akan membuat hal – hal kecil yang kita tangkap melalui panca
indera kita selalu membuat kita terpicu untuk menuliskannya
8. Masuki 2 ruang penting bagi penulis, yaitu
ruang imajinasi dan ruang editing. Di ruang imajinasi, silakan berimajinasi
dengan ide kita sebebas – bebasnya tanpa memikirkan kaidah penulisan. Sedangkan
di ruang editing, gunakan basic keilmuan dan hati nurani kita untuk menjadi
sensor setiap tulisan yang kita buat.
9. Hati – hati dengan copyright. Hal ini bisa terjadi
jika kita sembarangan dalam menulis cerita yang sudah diceritakan oleh orang
lain. Kita boleh saja terinspirasi oleh tulisan atau cerita orang lain, tetapi
kita harus menyebutkan sumber cerita kita dengan jelas.
10. Perbanyak
jam terbang untuk melatih kemampuan menulis menggunakan diksi yang baik dan
beragam.
Sip
BalasHapusBagus bu ide nya ada gambar pancing nya lucu, kerennn lanjutkan Ibu Tere.....
BalasHapusLuar biasa Bu. Tata bahasa nya makin keren
BalasHapusKeren banget materinya. Semoga kita bis a menulis tanpa ide
BalasHapusKeren resumenya Bu tere
BalasHapuskeren..
BalasHapusKeren bu tere...
BalasHapusresume keberapa ?
Keren...inspirasi
BalasHapus