SUKSES MENULIS RATUSAN BUKU, PENULIS INI BERHASIL PULA MERAIH MIMPI TERBESARNYA
“Tahun
1997, saya pernah punya mimpi. Ingin melihat 30.000 naskah Jawa yang katanya
tersimpan di Museum Leiden – Belanda. Alhamdulillah …. Mimpi saya terwujud pada
tahun 2016. Bahkan ketika saya sudah mulai melupakan mimpi itu.”
Siapa bilang guru
tidak bisa sukses ? Kesuksesan guru bukan hanya terletak pada kesuksesan
pribadinya, namun jika dia berhasil menjadikan siswa – siswanya sukses meraih
cita – citanya. Seperti yang telah dilakukan oleh narasumber Kegiatan Belajar Menulis
Gelombang 4 tadi malam yaitu Ibu Emi Sudarwati.
Beliau adalah seorang guru
Bahasa Jawa SMPN 1 Baureno Bojonegoro, Jawa Timur. Selain itu beliau juga
merupakan seorang pegiat literasi guru dan siswa di Indonesia. Beliau mulai
berkarya di bidang literasi sejak tahun 2013 hingga sekarang. Lebih dari 450
buku ber-ISBN telah terbit dan ada nama beliau di setiap buku tersebut. Luar
biasa produktif !
Ini
adalah buku terbaru beliau :
Sedangkan
ini adalah buku terlaris beliau yang dicetak sampai cetakan ke 3 sebanyak 500 eks
Kisah Awal Mula Menulis
Ibu
Emi menuliskan kisah awal mula beliau menulis seperti ini,
“Pada tahun 2013, Penulis
bergabung dengan sebuah kelompok penulis di Bojonegoro. Namanya PSJB (Pamarsudi Sastra Jawi
Bojonegoro). Di sana penulis banyak
berjumpa dan berkenalan dengan penulis-penulis senior. Seperti : JFX. Hoery
(Padangan-Bojonegoro), Sunaryata
Soemardjo (Ngimbang-Lamongan), Nono Warnono (Gajah Indah-Bojonegoro), Gampang
Prawoto (Sumberrejo-Bojonegoro), Sri Setyo Rahayu (Surabaya), almarhum Anas AG
(Pemred Radar Bojonegoro-waktu itu), dan
masih banyak lagi yang lainnya.
Dari orang-orang
hebat di dunia tulis-menulis itu, akhirnya penulis mendapatkan pencerahan. Bahwa karya siswa yang sudah terkumpul bisa
diterbitkan dengan ISBN (Internasional Standart Book Number).
Pada awal tahun
2014 ini terbitlah Kumpulan Cerkak karya Emi Sudarwati dan Siswa SMPN 1 Baureno
dengan judul buku LUNG.
Pada penghujung
tahun 2014. Kembali bekerja sama dengan
PSJB, penulis menerbitkan buku karya Emi Sudarwati dan Siswa SMPN 1
Baureno. Tidak berhenti sampai di situ. Karya-karya ini juga mendapat sambutan baik
dari kepala sekolah, kepala dinas pendidikan, bahkan bupati Bojonegoro saat
itu.
Sampai-sampai
penulis dan siswa didatangi oleh salah satu wartawan radar Bojonegoro untuk
wawancara.
Alhasil, besoknya tayang di
surat kabar harian radar Bojonegoro yang sangat terkenal itu. Dari sana,
semua penasaran dengan buku karya siswa tersebut. Sehingga Toko Buku Nusantara Bojonegoro banyak
diserbu pembeli buku. Semua ingin
membaca dan belajar menulis, serta menerbitkan buku.
Buku karya Emi
Sudarwati dan siswa SMPN 1 Baureno
menjadi inspirasi bagi banyak sekolah.
Bukan hanya di Bojonegoro, namun juga di Kabupaten lain. Sehingga sering diwawancara wartawan berbagai
media, baik cetak maupun on line. Akhirnya bisa tampil di berbagai media tanpa
harus membayar sepeserpun.
Pada tahun 2015
ini, penulis ditugaskan untuk mengikuti lomba inobel tingkat nasional. Awalnya ada rasa tidak percaya diri. Namun karena Bapak Edy Dwi Susanto selaku
kepala sekolah waktu itu tidak henti memberikan semangat dan motivasi. Akhirnya penulis mengirimkan karya inovasi,
meskipun dengan setengah hati.
Namun tidak
disangka, ternyata dapat panggilan sebagai finalis inobelnas. Bersama 102 guru dari seluruh Indonesia,
penulis diundang ke Jakarta untuk presentasi.
Ternyata bukan hanya presentasi, tetapi ada ujian tulis juga. Seusai lomba, seluruh finalis diajak
berwisata di Dufan. Meskipun belum
mendapat juara, namun penulis sudah cukup bangga, bisa belajar bersama
guru-guru hebat dari seluruh tanah air.
Di samping itu, penulis
juga mendapat rekomemdasi dari PSJB untuk mengikuti sayembara di BBJT. PSJB adalah kepanjangan dari Pamarsudi Sastra
Jawi Bojonegoro. Sedangkan BBJT
kepanjangan dari Balai Bahasa Jawa Timur.
Lembaga tersebut, setiap tahun mengadakan sayembara, yaitu pemilihan
sanggar sastra, karya sastra Indonesia, karya sastra Jawa, dan guru bahasa
berdedikasi.
Puji sukur, penulis
mendapat anugrah sebagai guru Bahasa Jawa Berdedikasi. Hal ini disebabkan karena sudah menerbitkan
beberapa buku karya sastra siswa. Semua
itu diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru-guru lain untuk lebih
berinovasi lagi.
Dengan status baru ini,
penulis merasa memiliki tanggung jawab moral, agar lebih giat menularkan virus
literasi di manapun juga. Bukan hanya
untuk siswa, namun juga untuk sesama guru.
Bukan hanya di Bojonegoro saja, tetapi sampai ke luar daerah.
Pada tahun 2016,
penulis ditugaskan mengikuti seleksi guru prestasi tingkat Kabupaten
Bojonegoro. Sebenarnya saat itu sudah
untuk yang ke dua kalinya. Karena banyak
guru menolak mengikuti seleksi tersebut, akhirnya penulis ditugaskan lagi. Ternyata tidak sia-sia. Karena bisa menduduki juara ke tiga dari tiga
puluhan peserta.
Pada tahun yang
sama, penulis kembali mengirimkan karya inobel.
Kali ini bukan atas inisiatif
bapak kepala sekolah, tetapi keinginan penulis sendiri. Karena pengalaman tahun 2015 lalu begitu
menginspirasi. Kali ini bukan karya baru. Namun karya lama yang diedit, dengan tambahan
sesuai yang diberikan oleh dewan juri.
Alhasil, mendapat juara 1 inobelnas kategori SORAK (Seni, Olah Raga,
Agama, bimbingan Konseling dan Muatan Lokal).
Tidak lama seusai
lomba, penulis mendapat panggilan untuk short Course di Negeri Belanda. Belajar sistem pendidikan di negeri kaum
penjajah yang super maju itu. Berkunjung
ke dua universitas terbaik, yaitu Windesheim dan Leiden. Juga berkunjung ke sekolah-sekolah terbaik,
yaitu Van Der Capellen dan lain-lain.
Bukan hanya itu, semua peserta diajak berwisata ke Volendam, menyusuri
Kanal Amsterdam dan mampir ke Brussel-Belgia.
Sepulang dari
Belanda, masih juga mendapat panggilan workshop menulis jurnal di Kota Bali. Lagi-lagi, di
samping belajar juga bisa berwisata keliling kota terindah di negeri ini. Kali ini, semua peserta mendapat materi
merubah naskah inobel menjadi jurnal.
Tentu ini bukan hal kecil, karena naskah tersebut akan dimuat dalam
jurnal berkelas nasional. Nama jurnalnya
adalah DEDAKTIKA.
Tidak berhenti
sampai di situ. Beberapa bulan
berikutnya. Pada tahun 2017, Penulis diundang untuk mengikuti workshop Literasi
di Kota Batam. Tidak ingin melewatkan
kesempatan, beberapa peserta menyempatkan mampir ke negara tetangga, yaitu
Singapura. Sehari di kota Lion,
melahirkan sebuah buku berjudul Dag Dig Dug Singapura.
Bukan aji mumpung
atau apa, hanya tidak ingin melewatkan kesempatan baik. Kapan lagi seorang guru bisa jalan-jalan ke
Singapura, kalau bukan memanfaatkan kesempatan baik tersebut. Kebetulan juga bertepatan dengan liburan
sekolah, jadi sama sekali tidak mengganggu kegiatan belajar-mengajar di
sekolah.
Paska menyandang
predikat juara I inobelnas, penulis belum boleh lagi mengikuti lomba yang
sama. Tentu dalam waktu yang belum bisa
diprediksi. Oleh karena itu, penulis
tidak ingin kesepian. Lalu mengajak
teman-teman alumni finalis inobelnas untuk menulis bersama dalam satu
buku. Penulis menyebutnya dengan istilah
Patungan Buku Inspiratif. Bukan hanya karya
yang bersifat ilmiah. Namun dalam grup
tersebut juga menerbitkan kumpulan cerita inspiratif, berbagi pengalaman mengajar, kumpulan puisi,
kumpulan pantun dan masih banyak lagi buku-buku lainnya.
Dalam perkembangan
selanjutnya, bahkan bukan hanya menerbitkan buku-buku patungan. Namun saat ini lebih banyak menerbitkan SBGI
(Satu Buku Guru Indonesia) dan SBSI (Satu Buku Siswa Indonesia).
Pada tahun 2018, ratusan
buku lahir dari grup Patungan Buku Guru Inspiratif. Karena sejak tahun 2018 ini lebih banyak
menerbitkan SBGI dan SBSI, maka nama grup dirubah, yaitu menjadi Penerbit Buku
Inspiratif (PBI). Beberapa undangan dari
daerah-daerah lain mulai berdatangan.
Misalkan dari Kota Bogor, Sampang, Tuban, Blitar, Lamongan, Yogyakarta
dan lain-lain.
Akhirnya penulis
berinisiatif, hanya menerima undangan sebagai nara sumber pada Hari
Sabtu-Minggu atau Jumat sore.
Sedang di
Bojonegoro sendiri, penulis aktif sebagai Guru Ahli (GA) di Pusat Belajar Guru
(PBG). Setiap saat harus siap menerima
panggilan sebagai pemateri seminar maupun pelatihan. Juga sebagai juri dalam lomba-lomba guru. Tempatnya bisa di PBG pusat atau di PBG
kecamatan.
Selain di PBG, penulis
juga aktif di PGRI, yaitu sebagai juri lomba Guru menulis dan pelatihan menulis
buku. Memotivasi guru-guru Bojonegoro
agar lebih inovatif dalam mengajar, dan lebih kreatif dalam menulis.
Penulis juga menghimbau
agar guru-guru lebih sering mengirimkan hasil karya ke media. Jangan berharap sekali kirim pasti tayang
atau dimuat. Namun harus bersabar,
terus-menerus mengirim naskah. Lama
kelamaan pasti dimuat juga.
Bukan karena
penerbit merasa kasihan, tapi memang pengalaman menulis itu sangat
diperlukan. Dengan terus-menerus
mengirim naskah, berarti sudah terus menerus belajar menulis pula. Dari proses tersebut kita belajar. Belajar meminimalisir kekesalahan.
Selanjutnya di tahun
2019, Penulis menerbitkan buku Kado Cinta 20 Tahun dan Haiku. Karya ini ditulis berdua dengan suami. Semoga dengan lahirnya buku tersebut, ikatan
pernikahan penulis dengan suami semakin bahagia.
Selanjutnya, di
tahun yang sama. Penulis ingin menerbitkan
2 buku tunggal dan beberapa buku patungan.
Buku tunggal yang pertama berbahasa jawa, yaitu pengalaman selama haji
dan umrah. Sedangkan buku tunggal yang
ke dua adalah ini, Menulis dan
menerbitkan Buku sampai Keliling Nusantara dan Dunia. Alhamdulilah impian ini bisa menjadi nyata.
Adapun untuk
patungan, seperti biasa saja, yaitu menulis bersama siswa SMPN 1 Baureno dan
bersama grup Patungan Buku Inspiratif.
Juga menulis bersama penerbit Pustaka
Ilalang.”
Hal – Hal Penting Dalam Menulis
Selain
membagikan kisah awal mula dan
perjalanan beliau dalam menulis ratusan buku serta menjadi juara inobel
nasional, Ibu Emi juga memberikan pencerahan terkait hal – hal penting dalam
menulis. Menurut Ibu Emi, saat menulis kita harus memperhatikan hal – hal penting
berikut :
1. Gunakan kata “Saya” atau “Aku” untuk menulis cerita fiksi
seperti novel, dan gunakan kata “Penulis” untuk karya tulis ilmiah, seperti
esai, PTK, karya inovatif, dan skripsi. Penggunaan kata ganti orang ini harus konsisten.
Sejak awal sampai akhir.
2. Pilihlah tema yang menarik, dekat dengan keseharian dan
muda untuk dibuat menjadi tulisan. Misalnya : pendidikan, keluarga, wisata,
dll.
3. Harus percaya diri. Seorang penulis perlu memiliki sikap
percaya diri, cara untuk menumbuhkannya adalah dengan banyak membaca. Dengan
banyak membaca, seorang penulis akan mendapatkan banyak ide baru untuk ditulis.
4. Ajarkan anak untuk menulis dengan langkah mudah. Cara
yang biasa beliau pakai adalah meminta anak – anak untuk membaca satu buku atau
bisa juga perwakilan anak membaca buku di depan kelas, yang lain mendengarkan.
Setelah itu, anak – anak diberi tugas untuk membuat ringkasan isi cerita
tersebut. Kemudian beberapa siswa dipilih secara acak untuk membacakan
ringkasannya. Hal ini dilakukan agar anak dapat memahami struktur cerita.
Setelah itu baru guru mengarahkan anak untuk menulis.
5. Cegah plagiarisme dengan menulis di buku menggunakan ide
orisinil.
6. Menulislah dari apa yang kita sukai terlebih dulu. Misalnya
kita suka membaca novel, tulislah novel. Jika kita suka membaca karya inovatif,
tulislah karya inovatif.
7. Menulis adalah hal yang sangat penting bagi seorang
penulis. Buku dapat diterbitkan di penerbit mayor maupun penerbit indie. Masing
– masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun, jika kita menerbitkan di
penerbit indie maka semua buah pikiran kita pasti bisa diterbitkan. Bahkan kita
juga bisa mengambil peran sebagai distributor buku kita sendiri.
8. Bekerja sama dengan toko buku perlu dilakukan sebagai
strategi pemasaran buku yang kita tulis. Selain itu, dengan memanfaatkan buku
antologi (buku patungan) kita juga bisa memasarkan buku kita. Misalkan buku
hasil patungan 50 penulis, masing – masing penulis wajib membeli 10 eks. Jadi
buku langsung dicetak 500 eks. Biaya produksi akan menjadi lebih murah. Bagi
seorang penulis pemula, jika ingin menitipkan bukunya di toko buku maka minimal
harus menyediakan 10 eks buku sebagai stok.
9. Menulis itu harus dinikmati. Biarkan mengalir seperti
air.
10. Momen terbaik bagi seorang penulis adalah semua momen. Artinya,
tuliskan semua hal yang terjadi saat hal itu terjadi. Misalnya menulis buku
sepulang menunaikan ibadah haji.
11. Gunakan media sosial sebagai sarana promosi dan publikasi
tulisan kita. Bisa jadi wartawan atau pejabat dinas akan melihat karya kita.
Kesimpulan :
Buku adalah bukti sejarah sekaligus merupakan catatan
bahwa kita pernah hidup di dunia ini. Oleh karena itu, abadikan setiap jengkal
perjalanan menjadi sebuah buku. Setiap buku pasti akan menemukan takdirnya
sendiri.
Mantap. Trims Bi
BalasHapusSama2, Bu.
BalasHapusSaya adalah org yg beruntung bisa kenal dekat dgn beliau dan berkat belajar sama beliau saya menjadi pemenang inobel dan dot belajar ke negara china.
BalasHapusWah, luar biasa Om Jay. Sy jg beruntung krn bs belajar dr Bu Emi dan Om Jay.
Hapus