Katakan "Ya, Saya Bisa" dan Lihat Hasilnya


Hari ini saya mendapat pengalaman berharga yang ingin saya bagikan untuk sahabat Cikgu Tere.

Pengalaman ini saya peroleh melalui cerita dari seorang teman seperjalanan di Bandara Soekarno Hatta.
Beliau bernama Pak Mujiono. Beliau berasal dari Pacitan dan saat ini bekerja di bidang swasta di Kota Pekanbaru.

Ada hal menarik dari Pak Mujiono. Beliau mengajak seorang WNA untuk berkomunikasi. Walaupun dari segi kemampuannya, beliau mengatakan pada saya bahwa beliau kesulitan untuk berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Inggris.

Tapi, beliau tidak mempermasalahkan hambatan tersebut. Pak Mujiono terus saja berbicara kepada WNA tersebut. Dan point yang dibicarakan oleh Pak Mujiono adalah mengenai obyek wisata alam yang ada di daerahnya (Pacitan).

Beliau dengan bangganya menceritakan tentang keindahan obyek wisata alam di sana. Sehingga membuat WNA tersebut tertarik dan mengatakan bahwa suatu saat pasti WNA tersebut akan mengunjungi Pacitan.

Berkali - kali, Pak Mujiono menanyakan pada saya tentang vocabullary yang akan digunakannya. "Mbak, apa sih Bahasa Inggrisnya gua?" Tanya beliau pada saya. Lalu saya pun menjawabnya.

Pak Mujiono kemudian menjelaskan lagi bahwa keindahan alam di Pacitan sebenarnya lebih bagus dibandingkan dengan di Bali. Hanya yang lebih terkenal adalah Bali. Tapi beliau menjelaskannya pakai Bahasa Jawa.

Saya pun tersenyum. Lalu, saya menerjemahkannya. Pak Mujiono heran, kok saya bisa mengerti Bahasa Jawa juga ? Mungkin begitu pikirnya.

Lalu, Pak Mujiono bertanya pada saya. "Mbak, mau ke mana?". Saya jawab "Ke NTT, Pak." "Wah, sampeyan hebat. Bisa ngerti Bahasa Inggris,"katanya. Saya pun kembali tersenyum.

"Puji Tuhan, saya pernah mengikuti short course ke luar negeri, Pak. Saat itu tahun 2019 saya belajar di Malaysia." Saya pun menjelaskan pada beliau.

"Wah, hebat, Mbak," pujinya lagi.
"Terima kasih, Pak. Ya, doakan saja karena saat ini saya juga sedang belajar untuk program beasiswa dari Australia." Ungkap saya.

Pak Mujiono mengangguk - anggukan kepala sambil tersenyum. Saya pun gantian memuji beliau. "Bapak, saya kagum sama Bapak  karena Bapak sangat percaya diri ketika berkomunikasi dengan orang asing (bule)."

Hal ini secara jujur saya ungkapkan kepada beliau. Karena inilah yang sering saya rasakan. Saya kurang percaya diri ketika harus berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Inggris kepada native speaker (orang bule).

Saya pun berulang kali menarik nafas dalam - dalam dan mencoba menantang diri saya untuk berkomunikasi dengan bule tersebut. Lalu, saya pun mendapat momen yang tepat, ketika bule tersebut menghampiri Pak Mujiono.

"Have you ever been to Nihiwatu?" Tanya saya pada bule itu. "Nihiwatu, what is that?" katanya.
"Ohh, Nihiwatu is one of the best resort. It is located at Sumba Island which is at East Nusa Tenggara Province." Saya pun mencoba menjelaskan.

"I suggest you to go there, because many foreigner around the world have came there." Saya pun menambahkan informasi.

"This is the first time for me to go to Indonesia. I come to Bali for work. Besides, I need to find something for my work. But, thanks. I will go there," jawabnya.

Saya pun merasa senang karena akhirnya saya bisa berkomunikasi dengan bule tersebut. Pak Mujiono tampak memerhatikan kami ketika bercakap - cakap.

"Mbak, saya tuh zaman SMP belajar Bahasa Inggris. Habis itu nggak dipraktekkan lagi," jelasnya. "Tapi saya salut sama Bapak. Bapak punya rasa percaya diri yang tinggi." Saya kembali memujinya.

Namun, percakapan kami harus terhenti karena beliau harus berganti tempat tunggu pesawat ke gate yang lain. Pak Mujiono pun berpamitan kepada kami. Setelah itu, saya pun lantas bersiap. Karena tiba giliran kami untuk boarding.

Sekarang, saat menulis ini, saya sedang berada di dalam pesawat. Saya bergegas membuka aplikasi andalan saya yaitu Color Note dan mulai flash black pengalaman beberapa saat yang lalu bersama Pak Mujiono dan bule tersebut (saya tidak menanyakan namanya).


Saya merasa bahwa pengalaman ini layak untuk dibagikan kepada para sahabat Cikgu Tere. Tujuannya agar dapat menginspirasi dan memotivasi kita semua, terutama para guru, sahabat Cikgu Tere yang mengalami hambatan dalam perjuangan mencapai kesuksesannya.

Sebagai guru, berkali - kali saya mengikuti kegiatan internasional yang mempersyaratkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Inggris. Salah satunya sudah saya ceritakan di buku ke 3 saya yang berjudul "Bukan Guru Biasa".

Ketika saya mengimbaskan hasil kegiatan ini, teman - teman saya mengatakan mereka kesulitan belajar Bahasa Inggris. Dan tiba - tiba, saya pun teringat dengan anak saya di rumah.

Di umurnya sekarang yaitu 4 tahun, anak saya punya kebiasaan menonton TV. Tayangan kesukaannya adalah "Blaze and Monster Machine". Film anak - anak ini ditayangkan oleh saluran Kids TV (TV Berbayar).

Sebagai saluran TV asing, bahasa yang digunakan adalah Bahasa Inggris. Jadi, secara tidak langsung, anak saya pun belajar Bahasa Inggris. Di samping itu, dia juga senang menonton youtube dan melihat video berbahasa Inggris.

Akhirnya anak saya pun mencoba mengajak kami, orang tuanya untuk berbicara menggunakan Bahasa Inggris. Saya merasa sangat terkesan dengan keterampilannya itu. Dia bahkan mengenal berbagai macam vocabullary yang biasanya baru diperkenalkan bagi anak - anak SD atau bahkan SMP.

Kerap kali dia bertanya pada saya tentang vocabullary dalam Bahasa Inggris. Terutama ketika dia menemukan hal baru yang belum diketahuinya. Terkadang, malah saya juga tidak bisa menjawabnya. Lalu, saya pun mengarahkannya untuk menggunakan fitur Google Voice" untuk menjawab keingin tahuannya tersebut.

"Apa Bahasa Inggrisnya buah salak?" tanyanya. Hal ini dia tanyakan ketika dia melihat buah salak yang dibawakan oleh adik dari adik ipar kami.

Setelah dia mengetahui cara bertanya pada "Google Voice", dia pun sering meminta izin untuk memakai HP saya. Saya pun tertawa melihat kelucuannya itu. Karena kadang - kadang, bicaranya berulang - ulang dan terlihat sedikit kesal ketika pertanyaannya tidak dikenali oleh google.

Baik Pak Mujiono maupun anak saya sendiri, adalah contoh baik bagi kita untuk berani dan percaya diri dalam menghadapi tantangan dan hambatan, terutama saat berkomunikasi dengan bahasa asing. Banyak keuntungan ketika kita bisa berkomunikasi dengan Bahasa Asing. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya.

Tinggal katakan saja, "Ya, saya bisa." Dan semua jalan menuju kesuksesan akan terbuka. Ibarat pepatah "There is a will, there is a way."

Semoga sharing pengalaman ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Written from 30.000 metres above sea level at ID 6061 Jakarta - Denpasar.


4 Komentar untuk "Katakan "Ya, Saya Bisa" dan Lihat Hasilnya"

  1. Menginspirasi sekali, Ibu.
    I would say, Yes! I can do it!

    BalasHapus
  2. Influenser pendidik yg jempol����, tks cikgu

    BalasHapus
  3. Saya terinspirasi dengan artikel Bu Tere ini.

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel