Jurus Jitu Membela Diri Ala Guru
Image source :
https://images.app.goo.gl/tjWPy2zX9vdyrE9VA
Setiap orang pasti punya alasan untuk menulis.
Bagi Pak Dudung Nurullah Koswara, alasan Beliau menulis adalah :
1.
Menulis itu mengalirkan perspektif kita
tentang sesuatu.
Mengasah artikulasi tentang suatu hal.
Menulis tidak harus baik namun setidaknya kita dapat melihat sejauh mana
kebodohan bahkan potensi kita dalam menulis.
Narasi yang kita tulis adalah
cermin literatif kita.
2.
Menulis itu bisa menjadi ekspresi
perlawanan. Jika ada sesuatu yang menurut kita tak adil atau ada
ketidakadilan. Maka kita dapat menuliskannya. Penulis adalah ksatria pembela kebenaran, dengan
demikian pedangnya adalah pena atau jari kita.
3.
Menulis itu narcis literatif. Istilah
narcis seringkali dikaitkan dengan orang yang gemar mengambil foto selfie.
Namun, kalau sekedar berfoto selfie, anak SD juga ahli. Biasanya orang yang
suka selfie, menampilkan berbagai pose, bahkan bagi para selebritis, mereka
akan berlomba menampilkan pose seksi. Tapi, bagaimana jika ada pandangan bahwa
“Menulis itu Sangat Seksi”, Apakah Anda
setuju ? Menulis dikatakan sangat seksi karena menulis itu adalah hal yang
gampang tapi dianggap sulit. Ini anggapan sesat yang menyebabkan ribuan orang tidak
mau menulis.
Ternyata memang banyak
orang yang menganggap bahwa menulis itu sulit. Sehingga selama ini istilahnya
tidur dan berjalan di tempat saja. Tidak mulai – mulai menulis.
Namun, bagi Pak Dudung,
hal itu tidak berlaku. Buktinya, hasil penelusuran saya di laman Media Sosial
milik Beliau, setiap hari Beliau memposting artikel – artikel terkait
pendidikan, latar belakang beliau sebagai praktisi pendidikan memang sangat
tepat disandang olehnya dengan beragam pemikiran aktual dan tajam yang beliau
goreskan setiap hari di laman media sosialnya. Selain itu beliau juga menjabat
sebagai Ketua Pengurus Besar PGRI.
Merujuk pada pernyataan
sebelumnya, memang Pak Dudung ini menjadi contoh bagaimana seseorang disebut
sebagai seleb literat. Para pembaca tulisan beliau seringkali dilibatkan oleh
Pak Dudung untuk “meminta” tanggapan, jenis artikel apa yang ingin mereka baca
dari opini yang akan ditulis olehnya. Tidak sedikit juga yang menanggapi opini
yang beliau tuliskan.
Beliau mengatakan bahwa
tulisan yang bagus dan menarik minat pembaca adalah tulisan yang Fresh From the
Oven. Artinya tulisan yang masih hangat dalam pembicaraan banyak orang.
Misalnya artikel yang beliau tulis di Radar Grup Jawa Pos tentang Pentingnya Ajengan Masuk Sekolah dan Guru Bukan Begal Motor.
Selain menuliskan ide yang masih hangat, penulis
juga perlu untuk belajar memanfaatkan momentum dan emosi pembaca. Misalnya
ketika beliau menuliskan artikel di atas, beliau mengamati bahwa banyak pihak,
dalam hal ini guru memberikan reaksi keras atas adanya ancaman terhadap
kehormatan guru. Sehingga tak heran jika beliau menyatakan bahwa “Menulis
Adalah Cara Membela Diri yang Beradab”. Bagi beliau, prioritasnya adalah
kehormatan guru.
Setiap kali menulis, beliau sering mendapat
tanggapan dari pembaca. Baik yang pro maupun yang kontra. Bahkan beliau
menyatakan, bisa saja terjadi, dirinya akan dihujat gegara tulisannya. Pak
Dudung mengatakan bahwa beliau juga duduk dalam tekanan, tetapi beliau tetap
menulis, karena di balik sikap orang – orang yang kontra, ada juga pihak –
pihak lain yang mendukungnya.
Ternyata sikap berani dan tegas yang dimiliki
oleh Pak Dudung, menular pada Ibu Lilis Sutikno. Beliau merasa termotivasi dan
terinspirasi oleh pergerakan Pak Dudung dalam menyuarakan kehormatan guru.
Berikut ini adalah postingan Ibu Lilis Sutikno yang dimuatnya di laman media
sosial.
Jika kita memahami literasi secara utuh, maka
kita akan menemukan sifat literasi, yakni blended dan mengembang. Maksudnya
dari satu pemikiran yang dituangkan dalam bentuk tulisan, akan mengilhami
pembaca untuk bergerak menjadi penulis, dengan cara mengembangkan ide dari
tulisan semula.
Melihat keaktifan beliau dalam menulis setiap
hari di media sosial, sekarang timbul semangat
dalam diri saya untuk belajar menulis lagi. Karena kalimat – kalimat persuatif
yang beliau tuliskan dalam chat WhatsApp Grup Belajar Menulis Gelombang 4 tadi
malam.
Pak Dudung memang contoh seorang pribadi yang
mempunyai jurus jitu dalam membela diri, menurutnya, seorang guru hanya perlu
menulis untuk membela diri, karena tulisan lebih jleb untuk digunakan sebagai
jurus jitu guru dalam membela diri dan profesi.
Prinsip beliau dalam menulis adalah :
1.
Kalau ada orang yang tidak suka atau
tersinggung dengan tulisan kita, maka berpikir positif saja bahwa orang
tersebut mengagumi tulisan kita dan secara otomatis yang bersangkutan juga
menjadi konsumen kita.
2.
Jangan takut disomasi. Selama tidak menyinggung
SARA dan menghina personal, tetaplah menulis.
3.
Lengkapi dengan data dan fakta
4.
Kebingungan / Keder adalah fase awal akan masuk
ide.
5.
Ubah diksi dan narasi menjadi lebih umum.
Jangan terlalu berlebihan dan bersifat pribadi.
6.
Gunakan kritik dari orang lain sebagai bahan
tulisan
7.
Masukkan unsur pembelaan dalam tulisan agar
memperkuat ide yang disampaikan
Semua hal dapat kita tuliskan, perjalanan hidup
sekalipun akan menjadi ide mahal untuk dituliskan menjadi sebuah buku yang
menarik. Tinggal kita berusaha meminta
bantuan orang lain untuk memfasilitasinya.
Kesimpulan : Menulis adalah ladang ibadah.
Gunakan media sosial untuk berbagi tulisan inspiratif kita. Sekalipun
mengundang pro dan kontra, tetaplah menulis. Ingatlah bahwa seorang penulis
akan menjadi “besar” karena pembacanya. Jika Anda seorang guru, gunakan tulisan
Anda untuk menjadi jurus jitu dalam membela diri dan profesi Anda agar tetap
terhormat.
Tulisan ini pertama kali tayang di blog https://cikgutere.blogspot.com . Silahkan dishare jika bermanfaat. Copas diperbolehkan dengan mencantumkan sumbernya agar tidak bertentangan dengan UU ITE.
keren abis....
BalasHapusMakasih, Bu. Tulisan ibu juga mantap
HapusBlog walking yuk. Kita saling berkunjung ke blog masing masing
BalasHapusSiap, Om jay. Laksanakan.
HapusSelalu mantap tulisan Bu Tere
BalasHapusTerima kasih, Pak Brian. Sy terinspirasi dr tulisan Bpk.
HapusBuk Tere keren...sudah profesional.
BalasHapuskalau tau dari tadi pengen copas..
ups...
jangan bilang2 ya..
Ajak2 lah kami NTT
Hahhaa...masih belajar nih, Bu. Amatiran.
HapusBagus sekali Bu....ini sih sudah penulis profesional....saya suka membaca tulisan Bu Tere.... pengembangan dari materi DNK jd lebih jelas.
BalasHapusTrm ksh apresiasinya, Bu. Syukurlah jika mudah dipahami dan bermanfaat.
HapusPak DNK
BalasHapusKeren buu...tulisanx... Jd referensi saya dlm menulis
BalasHapus