DUA STRATEGI PERANG MELAWAN CORONA ALA GENERASI MECIN
Acara “Generasi Mecin” yang dipandu oleh host
Patra Gumilang tadi malam, mengangkat topik “Perang melawan Corona”. Dalam
perbincangannya yang ditayangkan di Stasiun Jak TV, telah hadir dua orang
narasumber yang kompeten, yaitu Bpk Sugiyono Saputra, seorang peneliti
mikrobiologi dari LIPI dan Bpk. Indra
Charismiadji, seorang pakar pendidikan 4.0. Keduanya terhubung dalam live
streaming Jak TV.
Pada kesempatan pertama, host menayangkan
cuplikan video dari Presiden RI, Joko Widodo yang menyatakan
bahwa UN pada tahun ini ditiadakan karena pemerintah sedang berusaha untuk
memutus rantai penyebaran Covid 19. Melalui Permendikbud No. 4 Tahun 2020,
Kemdikbud menyatakan bahwa semua bentuk ujian termasuk ujian untuk kelulusan
dan ujian akhir semester yang melibatkan pengumpulan banyak orang, ditiadakan.
Artikel lebih lengkapnya Di Sini
Kemudian, host mulai membuka sesi pemaparan
dengan memberikan kesempatan kepada Bpk Sugiyono mengenai penyebaran Covid 19.
Dalam pemaparan materi, narasumber menyampaikan bahwa penyebaran Covid 19 dapat
dilakukan dengan cara melindungi diri dengan Alat Pelindung Diri (APD) sebagai
prosedur pertama penyelamatan diri, di antaranya adalah penggunaan masker.
Selain itu, upaya – upaya lain pun dapat dilakukan yaitu melakukan penyemprotan
cairan disinfektan dan penyediaan alat rapid test.
![]() |
Alat Rapid Test |
Secara lebih spesifik, narasumber menyebut
bahwa alat rapid test yang ada bukan merupakan alat yang langsung mendiagnosa
seseorang apakah postif corona atau tidak. Melainkan hanya sebagai alat
penyaring awal sebelum dilanjutkan tahap pemeriksaannya dengan prosedur yang
lebih mendalam. Beliau juga menghimbau kepada semua pemirsa agar jika mengalami
gejala – gejala seperti demam, batuk, dan sesak nafas agar segera memeriksakan
diri ke rumah sakit terdekat agar mendapat penanganan dengan segera. Hal yang
tidak kalah penting dan harus dilakukan oleh semua masyarakat adalah agar
menyaring terlebih dahulu pemberitaan – pemberitaan terkait corona.
Selanjutnya, host mempersilakan Bpk Indra Charismiadji menyampaikan pandangannya dari sudut pendidikan terkait dengan pembatalan UN di tahun 2020. Host menyaring opini yang berkembang di masyarakat, katanya pembelajaran online yang dilakukan sebagai bentuk pembelajaran jarak jauh merupakan hal yang tidak efektif karena terkesan dadakan. Berikut ini adalah tanggapan dari Bpk. Indra Charismiadji, “Pembelajaran online itu tidak mendadak. Karena sebenarnya kita sudah memasuki era digital dimulai dari 20 tahun yang lalu. UNESCO sudah menyatakan 4 pilar pendidikan, yaitu : learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Jadi focus pembelajaran sebenarnya bukan pada “What to Learn” melainkan “How to Learn”.
Bpk. Indra Charismiadji menggambarkan bahwa
selama ini UN masih digunakan untuk mengukur apa yang dipelajari. Padahal
semestinya, UN itu hanya menjadi salah satu indikator pemetaan mutu pendidikan,
bukan untuk menjadi bahan untuk menghakimi siswa. Beliau mengamati bahwa anak –
anak sekolah pada masa sekarang memang hebat dalam mengerjakan tes, tetapi itu
hanya merupakan ilusi pembelajaran, bukanlah pembelajaran yang sesungguhnya /
pembelajaran real. Beliau bahkan meyakini bahwa kondisi saat ini, di tengah
pandemi Covid 19, kemudian UN ditiadakan, merupakan sebuah kondisi yang bagus
supaya bisa mereset kembali sistem pendidikan.
Berikutnya, menanggapi keluhan para mahasiswa
yang terkena imbas social distancing dan mereka diwajibkan belajar di rumah
selama satu semester, para mahasiswa mengeluhkan banyaknya tugas yang harus
dikerjakan dan alokasi waktu pembelajaran yang lebih panjang dibandingkan
dengan ketika mereka melaksanakan kuliah secara reguler, beliau memberikan
pernyataan bahwa belajar apa pun tidak penting. Karena semua orang bisa
mengakses google dan mendapatkan apa saja untuk dipelajari. Namun, keterampilan
yang harus dilatih kepada mereka adalah kemampuan untuk melakukan filterisasi
antara hoax, opini, dan fakta.
Kemudian, host memberikan pertanyaan kepada
Bpk. Indra Charismiadji mengenai contoh pembelajaran yang efektif. Karena
sekarang begitu marak model pembelajaran online yang ditawarkan di berbagai
media dan terkait dengan rencana perpanjangan masa tanggap bencana Covid 19.
Bpk, Indra menyatakan bahwa salah satu pembelajaran yang dipandang efektif
adalah Project Based Learning (PjBL).
Contoh kasus pembelajarannya, corona berdampak
pada berbagai bidang. Apakah siswa mampu atau tidak untuk memberikan solusi
menurut pemikiran mereka sendiri yang dilandasi dengan teori – teori yang
relevan. Bukan hanya sekedar mengambil teori dari blog – blog yang kurang
kredibel. Jika siswa sudah mampu memproduksi pemikirannya, siswa harus mampu
berkreasi dengan menuangkan pemikirannya dalam bentuk blog, animasi, film, dll.
Sedangkan untuk link pembelajaran yang efektif atau
video rujukan pembelajaran, harus disesuaikan lagi dengan gaya belajar masing –
masing. Karena pada intinya, belajar itu adalah bagaimana caranya belajar. Isi
pembelajaran itu sendiri bukan hanya terdiri dari konten – konten pembelajaran,
namun lebih jauh siswa harus bisa mempraktekkan teori – teori yang sudah mereka
pelajari.
Bpk. Indra Charismiadji juga berpendapat bahwa,
dengan diberlakukannya social distancing, peran keluarga harus menjadi lebih
efektif. Orang tua tidak cukup hanya mendidik anak dengan pola outsourcing. Pola
outsorcing yang dimaksud di sini adalah melimpahkan masalah pendidikan anak
kepada lembaga – lembaga Bimbingan Belajar, kursus, atau les belajar lain.
Penekanan pendidikan sekarang sebenarnya ada di pihak orang tua. Kita bisa bercermin dari kesuksesan Negara Finlandia yang berhasil meraih predikat terbaik berdasarkan PISA 2015. Orang tua di Finlandia terbiasa melatih anak – anak mereka membaca. Dan hal ini sudah menjadi budaya di Finlandia sendiri. Demikian seluruh penyampaian dari Bpk. Indra Charismiadji sebagai narasumber.
Pada sesi terakhir, host meminta kedua
narasumber untuk memberikan statement terakhir sekaligus pesan kepada
masyarakat. Berikut ini adalah pesan dari Bpk. Sugiyono, “Masyarakat
jangan panik. Harus support usaha – usaha yang dilakukan oleh pemerintah,
walaupun kita pandang usaha itu mungkin belum optimal. Laksanakan anjuran –
anjuran sebagai langkah antisipasi mulai dari diri kita sendiri.”
Sementara itu, Bpk. Indra Charismiadji
menyampaikan pesan agar orang tua kembali memfungsikan peran keluarga sebagai
pendidik yang utama. Cara yang paling efektif adalah dengan melatih anak – anak
untuk membaca. Ambil waktu satu jam dari 24 jam sehari dan waktu yang tenang
untuk membaca, hal ini dilakukan agar kemampuan membaca anak dapat meningkat.
Setelah kedua narasumber menyampaikan pesan –
pesan tersebut, host kemudian menutup acara “Generasi Mecin”. Di sini Penulis
ingin menyampaikan sebuah kesimpulan yang dipetik dari perbincangan menarik dari
acara “Generasi Mecin”. Kesimpulan penulis adalah bahwa pandemi Covid 19 dapat
ditinjau dari sisi positif dan sisi negatif. Dari segi kesehatan, jelas hal ini
adalah hal yang negatif, namun temuan mengejutkan justru dari bidang
pendidikan, yang dipandang oleh pemerhati pendidikan sebagai sebuah kondisi
yang bagus, di mana kita bisa mereset kembali sistem pendidikan.
Kedua pandangan ini, tentunya mengarah untuk
kebaikan semua masyarakat. Bukan hanya di Indonesia namun juga di dunia. Jika
kita berperang melawan corona, maka tentunya kita harus punya strategi yang akan dipakai berperang. Nah, dengan
demikian kesimpulan terakhir dari topik “Perang Melawan Corona” ada di dalam
semboyan,” Mens Sana In Corpore Sano”. Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa
yang kuat. Tubuh yang sehat akan kita peroleh dengan memperhatikan dan melaksanakan
semua prosedur perlindungan diri untuk menjaga kesehatan dan jiwa yang kuat
akan didapatkan dari sikap pembelajar yang kita miliki. Itulah sebenarnya dua
strategi perang melawan corona ala generasi mecin.
Mantap cekgu tere,,, kereenn
BalasHapusTrm ksh, Pak Guru Ganteng. Yuk, nulis terus.
HapusKeren banget resumenya. Luar baisa
BalasHapusTrm kasih, Om Jay
HapusLuarr biasa semangatt
BalasHapusTerima kasih, Bu
HapusWihhh apikk nihh tulisan nya ..
BalasHapusTerima kasih, Bu
HapusMantap, cekgu...
BalasHapusTerima kasih ya, Bu
Hapusluar biasa bu tere lengkap sekali
BalasHapusTerima kasih, Pak / Bu
HapusKeren dan hebring, artikelnya... Master2 pejuang covid. 19 dlm menulis
BalasHapusTerima kasih, Bu
HapusIjin share...
BalasHapusSilakan, Bu
HapusMhn ijin nara sumber untuk berbagi. Sangat mengena dalam dunia pendidika. Bolehkah?
BalasHapusSilakan dibagikan, Bu
Hapuskeren materinya... bisa buat referensi nih
BalasHapusTrm ksh, Bu Daris
Hapus