Bacalah ! Surat Balasan Untuk Teman dari Tahun 2070
Tahun
2006 yang lalu, saya menerima sepucuk surat dari teman yang konon katanya
berasal dari Tahun 2070. Berikut ini adalah sebagian isi suratnya :
Aku hidup di tahun 2070. Aku berumur 50 tahun, tetapi terlihat
seperti sudah 85 tahun. Aku mengalami banyak masalah kesehatan, karena aku
minum sedikit air putih. Aku adalah orang yang paling tua di lingkunganku, dan
aku merasa hidupku tidak akan lama lagi.
Aku teringat saat masa kecilku, masih banyak pohon di hutan dan tanaman hijau menghiasi setiap rumah. Dan aku sering bermain air di
Aku teringat saat masa kecilku, masih banyak pohon di hutan dan tanaman hijau menghiasi setiap rumah. Dan aku sering bermain air di
tepi danau.
Semua sangat berbeda. Sekarang, kami harus membersihkan diri hanya dengan handuk sekali pakai yang dibasahi dengan minyak mineral. Dulu, rambut yang indah menjadi kebanggaan setiap perempuan. Tapi sekarang kami justru harus mencukur habis rambut kami untuk membersihkan kepala tanpa air.
Aku masih ingat, seringkali aku melihat, membaca bahkan mendengar pesan, "JANGAN MEMBUANG-BUANG AIR", namun tak seorangpun yang peduli. Orang beranggapan bahwa air tidak akan pernah habis karena air tidak terbatas. Sekarang sungai, danau, bendungan dan air bawah tanah telah tercemar atau sama sekali kering. Tak ada lagi pemandangan yang begitu asri dan indah, yang ada hanyalah gurun-gurun pasir yang tandus. Infeksi saluran pencernaan, kulit dan penyakit-penyakit baru terus bermunculan, menjadi penyebab
penyakit nomor satu.
Baca isi surat
selengkapnya Di sini
Setelah membaca isi suratnya itu, saya merasa setengah tidak percaya, karena tepat pada tahun 2006, saya baru saja pindah ke sebuah kota besar di Jawa Barat. Di sanalah saya mengawali tugas saya sebagai seorang guru. Saya merasa sulit membayangkan bahwa di tahun 2070 air menjadi sesuatu yang sangat berharga, bahkan melebihi emas dan perhiasan berharga lainnya.
Apalagi dengan adanya siklus air, saya semakin
bertanya – tanya, benarkah surat itu merupakan gambaran yang akan terjadi kelak
di tahun 2070 ?
Sekarang di tahun 2020, saya kembali
membuka surat dari teman saya itu. Saya mencoba melakukan kilas balik dari
tahun 2006 sampai sekarang. Kebetulan saat ini saya sendiri sudah pindah ke
sebuah pulau kecil di antara gugusan kepulauan Nusa Tenggara Timur, yaitu di
Pulau Sumba.
Dengan melihat kondisi saat ini, di mana
seluruh umat manusia, bukan hanya di Indonesia saja, melainkan di dunia juga
sedang dirundung duka dan kecemasan mendalam akibat adanya Covid 19, dan sesuai
dengan pengalaman sehari – hari yang saya alami dan saya saksikan melalui berbagai
media, maka saya mencoba menulis sepucuk surat balasan untuk teman saya yang
berasal dari tahun 2070.
Berikut ini adalah surat balasan yang
saya tulis :
Sahabatku, saat ini kami
menginjak tahun 2020. Tepatnya empat belas tahun sejak pertama aku membaca
surat darimu. Selama ini, aku mencoba untuk membangun kesadaranku lewat pemahaman
– pemahaman akan ilmu pengetahuan yang aku peroleh dari buku – buku dan juga
orang – orang berilmu. Tepatnya, kesadaran akan sesuatu bencana yang kamu telah
tuliskan.
Izinkan aku menyebutnya
sebagai bencana. Karena pada bagian ini aku akan menceritakannya lebih jelas
untukmu, sahabatku. Sekarang, kebanyakan dari kami menggantungkan air minum
dari kemasan. Apalagi di daerahku, air sumur banyak mengandung kapur. Jika aku
rebus airnya, maka endapan kapur itu akan tertinggal di panci rebus. Dan aku
tidak yakin bahwa semua zat kapur itu sudah menempel semua di sana.
Mungkin kamu juga sudah
mengetahui bahwa saat ini kami pun mengalami masalah utama yaitu air. Dan penyebab
utamanya adalah perilaku kami sendiri yang kurang peduli dengan lingkungan. Di
satu sisi kami hidup dengan menggantungkan banyak kebutuhan terhadap air, namun
di sisi lain, kami kurang bertanggung jawab akan pasokan air bersih itu
sendiri.
Pohon – pohon di hutan
sudah ditebangi, aliran air disungai tidak lancar akibat banyak sampah dan
sungai pun tercemar. Ini masih terjadi di mana – mana. Ironisnya, kami tahu ini
salah, tapi kami tetap melakukannya. Pasti kamu bertanya, seperti apa kami
berusaha memperbaiki keadaan ini. Kami sudah berusaha sebaik mungkin. Sebisa
yang kami lakukan. Pemerintah dan masyarakat bahu membahu mengatasi masalah
kekurangan air dan mengkampanyekan pentingnya usaha menjaga kebersihan air
serta lingkungan. Namun, sepertinya memang bumi sudah menua. Kerusakan lingkungan
yang terjadi di mana – mana, belum dapat kami atasi semuanya. Karena semuanya
memang harus dibangun dari kesadaran dan kepedulian.
Sahabatku, apa yang telah
kamu sampaikan pada kami melalui suratmu yang terdahulu, menjadi catatan penting
saat ini. Tetapi di tahun 2019 dan 2020 ini, kami pun mengalami masalah yang juga
sangat menyita perhatian, yaitu Covid 19. Umat manusia di tahun ini sudah
banyak yang menjadi korban. Bahkan hampir semua belahan dunia mengalami efek
sosial psikologis karena adanya kebijakan social distancing, lock down, dll.
Semuanya kami tempuh semata untuk memutus rantai penyebaran virus corona ini.
Terakhir, aku hanya bisa
berdoa agar semakin banyak orang yang membaca suratmu dan bersama – sama membangun
kesadaran serta bergerak dengan cara masing – masing untuk lebih peduli pada
kebersihan air dan juga lingkungan yang kita tinggali ini. Agar bisa mengurangi
sedikit kerusakan di masa yang akan datang.
Dariku, Sahabatmu.
Semoga surat balasan sederhana
ini dapat menjadi bahan refleksi kita semua dalam memperingati WORLD WATER
DAY yang diperingati setiap tanggal 22 Maret.
Mantap buk,,,
BalasHapusTrm ksh, Pak Naf.
HapusWah menarik sekali bu. Sajian seperti ini membuat kita tertarik untuk mengambil pesan yang ingin disampaikan dari tulisan tersebut. Pembaca akan lebih aware terhadap penghematan air
BalasHapusSemoga ya, Pak. Trm ksh commentnya mantullll
Hapus