50 Blogger Berbagi Inspirasi Seputar Pembelajaran Daring, Cari Tahu Apa Kata Mereka
Timeline di laman
Facebook dan media sosial lainnya, sejak
sepekan yang lalu ramai dihiasi dengan berbagai tawaran aplikasi pembelajaran
daring. Hal ini sebagai bentuk aksi tanggap menyusul kebijakan libur sekolah
selama 2 pekan yang termasuk dalam salah satu point kebijakan lock down dari
Pemerintah Daerah di beberapa wilayah di Indonesia.
Penyebaran virus
corona yang semakin hari semakin meluas, memang membuat khawatir banyak pihak.
Tak hanya guru, siswa, dan orang tua, bahkan para blogger yang tergabung dalam Komunitas
Sejuta Guru Ngeblog (KSGN) pun turut curah pendapat dalam forum diskusi bersama
melalui grup WhatsApp Belajar Menulis yang digagas oleh Pak Wijaya Kusuma (Om
Jay) tadi malam.
Topik diskusi tadi
malam adalah “Efektivitas Pembelajaran Daring”. Hadir dalam ruang diskusi,
yaitu Om Jay dan Ibu Eva sebagai narasumber sekaligus moderator. Beliau berdua
memberikan kesempatan kepada para blogger untuk berbagi pandangan dan sharing
pengalaman terkait pembelajaran daring yang mereka lakukan dengan cara brain
storming.
Sebelumnya, Om Jay
memberikan sebuah studi kasus “Seorang peserta dari NTT
bertanya kepada saya, "selamat malam bapak, sekolah saya di pelosok listrik hanya menyala pada malam hari,..
untuk jaringan internet juga tidak stabil... pembelajaran dalam jaringan mudah2an
bisa kami lakukan jika kondisi listrik sudah 24 jam, atau sinyal internet sudah
stabil plus ada bantuan komputer atau minimal tabletlah dari pemerintah, apa
yang bisa kami lakukan?”
Lalu Om Jay selaku moderator memberikan
kesempatan kepada para peserta diskusi untuk berkomentar dan memberikan
pendapat bila anda berada dalam kondisi seperti itu.
Dan, inilah hasil
tanggapan dari para blogger :
1.
Menurut saya tidak perlu dipaksakan
pembelajaran online kalau keadaan tidak memungkinkan. Kasih penugasan rumah
saja. Kumpulkan saat masuk sekolah.
2.
Fokus pada kesehatan, mendukung sepenuhnya
program pemerintah tentang corona.
3.
Belajar sekedarnya saja, tidak perlu terlalu dikendalikan.
Beri siswa kebebasan untuk belajar dengan caranya sendiri.
4.
Guru siapkan amplop - amplop materi, serahkan
kepada orang tuanya. Berikan satu amplop 1 hari tentang materi tersebut dan
jadikan project.
5.
Dalam pembelajarannya, jaga kesehatan dan membuat
laporan portofolio dengan cara menuliskan materi yang telah dibaca, membuat
mind map bacaan, apapun bisa siswa dilakukan
siswa asalkan diberikan tugas. dikumpulkan saat masuk sekolah kembali.
6.
Membuat laporan
diary setiap hari. di kertas HVS.. tanggal 14-31. Tentang apa yang
dipelajari dirumah. Bila tidak ada kertas HVS, bisa menulis di buku tulis
biasa.
7.
Selama 14 hari, guru bisa membuat aplikasi
merdeka belajar yang inovatif.
8.
Latih anak untuk terbiasa menulis.
9.
Saya akan perjuangkan Sapras tersebut ada di
daerah saya, Listrik melalui PLN atau kementerian ESDM , Minimal tenaga surya, Untuk
internet akan diupayakan
antena satelit.
10. Menurut
pendapat saya, kita tidak usah memaksakan diri utk melakukan pembelajaran
daring bila belum siap. Baik itu siap dari sarananya (listrik, alat - alat TIK,
dan jaringan), dan belum siap karena kompetensi guru dalam menggunakan TIK
masih terbatas. Pembelajaran daring adalah salah satu opsi. Bukan satu -
satunya.
11. Menurut
saya untuk kebutuhan listrik memang berat, kecuali sudah ada alternatif sumber
energi yang tidak bergantung pada pemerintah. Pernah lihat di TV ada wanita
pelopor energi alternatif yang sudah keliling dunia, tapi persisnya dari mana
lupa. Untuk tablet sebetulnya bisa menggunakan dana bantuan pemerintah yang
tahun ini dinaikkan nominalnya. Tentu saja setelah pembiayaan guru honorer sudah
terpenuhi secara optimal dan maksimal.
12. Gunakan
wifi tanpa jaringan internet.
13. Bisa
juga dengan menggunakan WhatsApp
14. Beli
genset untuk solusi masalah listrik
15. Usul
sarpras surya panel, lebih ekonomois, bisa rakit sendiri dengan melihat caranya
di youtube
16. Tidak
semua anak di sekolah saya yang orang tuanya memegang hp android, jadi ketika
sekarang ada libur 2 minggu saya kasih tugas tiap hari lewat WA dengan
mencantumkan hari dan tanggal dan meminta tolong agar temannya memberitahukan
teman yang tidak punya hp tersebut. Tugas tentunya materi yang sudah
dipelajari.
17. Temui
Pemerintah Kabupaten, OPD kominfo, ESDM, dan PLN. Minta saran terbaik dari para
ahli disana, saran yang lengkap dan bisa diwujudkan, agar PBM yang diharapkan
bisa terselenggara.
18. Menurut
saya tetep tidak efektif, apalagi medianya hanya menggunakan chat whatsapp,
karna konsentrasi anak akan jauh berbeda dengan ketika tatap muka.
19. Peran
guru sangat diharapkan. Karena internet hanya malam 1.materi yang akan
diajarkan di download dulu. Jadi ketika di kelas, sudah bisa disampaikan secara
off line.
20. Ajukan
proposal untuk program CSR kebeberapa perusahaan, ada beberapa yang mau
memberikan dukungan penuh untuk peningkatan fasilitas sekolah, bahkan sampai
proses penjaminan mutu sekolah.
21. Jika
sarana pendukung (listrik,koneksi internet,komputer/laptop) sudah siap langkah
selanjutnya adalah mempersiapkan guru – guru yang akan menyampaikan materi
secara daring. Komunikasikan media apa yang cocok digunakan. Apakah pakai
aplikasi e-learning yang sudah ada atau media lain yang dirasa mudah diterapkan
22. Buat
form lembar tugas , ala agenda ramadhan,, bagikan kepada siswa, Jika tidak ada
perangkat...
23. Hal yang
saya lakukan mengajukan proposal untuk mohon bantuan kepada pemerintah minimal Dinas
Pendidikan untuk ikut membantu demi kemajuan pendidikan yang berkualitas.
24. Siswa
bisa belajar computational thinking
materinya
ada di buku Informatika yang diterbitkan Penerbit ANDI Yogyakarta
25. Menurut
pengamatan dan pengalaman lama, ada 3 cara yang dapat ditempuh: 1. Japen 2
jamen dan 3. Japang. Japen: libatkan pemuka kampung/ masyarakat kaya dengan
infak wajib 1 HP untuk mendanai satu
rumah warganya yang sekolah. 2. Dengan menjalankan sumbangan sukarela ke
perantau di luar daerah di perkumpulannya. 3. jangka panjang, pemberdayaan
warga kampung sendiri dengan sistem simpanan bajapuik berupa beras genggam atau
uang recehan, di gabung perpekan lalu dibelikan hp dg sistem arisan .
26. Apakah
siswa sebagian besar punya HP? Jika YA : Berikan tugas membuat vlog 5 menit apa
saja yg mereka pelajari sesuai materi per hari. Bentuk tugas bisa
individu/kelompok. File video dikumpulkan ketika masuk sekolah. Jika TIDAK :
Siswa diminta mengumpulkan resume/mind mapping materi per hari di selembar
kertas/di buku catatannya.
27. Memberikan
cetak tugas kepada orang tua, dan orang tua diminta bekerjasama mengatur ritme
belajar siswa
28. Dengan
membuat kontrak pemda dan PLN serta TELKOMSEL.
29. Memperhatikan
karakteristik siswa. Contohnya di sekolah saya tidak semua siswa punya
hp...kadang ada yang punya hp namun paket datanya tidak ada, karena perekonomian
kita berbeda – beda.
30. Menggunakan
pendekatan multi metode agar adil.
31. Berikan
tugas/pr untuk memperdalam materi yang
telah dipelajari.
32. Menurut
saya cara yang paling efektif adalah dengan membuat kumpulan lembar kerja
peserta didik untuk setiap harinya. karena pengalaman stelah sehari ini
mengadakan kelas virtual masih ada beberapa siswa dan orang tua yang belum
memberikan perhatian terhadap tugas online yg diberikan.
33. Kebetulan
di tempat kami jaringan internet lumayan stabil tapi sarana tidak memadai. Tidak semua wali murid
punya HP jadi utk pembelajaran daring kita kesulitan. Solusi yang kita ambil memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah.
34. Bekerjasama
dengan orang tua,,,, meminta orang tua memantau anaknya dalam belajar,,, buku
belajar saya berikan ke anak, setiap hari anak menulis informasi penting yang terdapat pada bacaan yang
dibacanya dengan bahasa sendiri,,, sehingga 12 hari libur berarti siswa tetap
belajar,,,namun setiap hari kita kontrol orang tua dengan menelpon atau sms. Nanti
kalo sudah masuk sekolah kembali, kita
lihat semua tugas siswa,,, mana yang kurang dipahami siswa, itu yang
didiskusikan.
35. Menurut
saya guru merencanakan dulu tugas yang akan diberikan. Dan dibagikan lewat WA. Jika tidak punya hp diberitahu teman yang
rumahnya dekat ( sebagai pendidikan karakter.) Peserta didik mengerjakan
tugas. Dan dikumpulkan jika sudah masuk
sekolah. Jika listrik tidak ada. Datang ke tetangga terdekat. Dan minta ijin
yang punya listrik dan jaringan Wi-Fi . Untuk menyelesaikan tugas. Karena
ekonomi peserta didik berbeda antara satu dengan yang lainnya.
36. Tidak
perlu dipaksakan mereka untuk belajar. Bermain sambil belajar bisa jadi pilhan
yang lebih baik.
37. Kalau
di saya tidak efektif. Karena gurunya saja tidak paham tentang pembelajaran
daring, sekalipun pakai WA, apalagi siswanya. Latar belakang ortu sebagian
besar petani. Yang punya hp android dalam satu kelas, paling 2 - 3 orang tua.
Anak tidak punya sama sekali.
38. Anak
didik bekerja sesuai hobinya permapel dalam bentuk karya keterampilan jadi dan
bentuk laporan tertulis sederhana langkah kerjanya.
39. Metode
daringnya lewat WA saja, diberi tugas orangtuanya juga ikut menyimak dan
membimbing, kalau anak sudah menyelesaikan tugas dari guru orangtua langsung
menandatangani.
40. Belajar
sambil bermain saya rasa masih efektif untuk anak di tingkat sekolah dasar.
41. Meningkatkan
partisipasi orang tua dalam mendampingi anak belajar.
42. Guru
harus menyesuaikan dengan kondisi anak – anak.
43. Membuat
kesepakatan semua guru langsung saat itu membuat penugasan yang bersifat
pembelajaran dan bisa dikerjakan di rumah masing-masing peserta didik, tanpa harus
keluar rumah.
44. Pembelajaran
yang dilakukan ditulis atau diketik kemudian diserahkan kepada bagian kurikulum.
setelah terkumpul semua rencana pembelajaran yg dibuat oleh guru, untuk
pembelajaran di rumah tsb, kemudian dishare ke wali kelas. Wali kelas
menjelaskan & menginformasikan ke peserta didik, juga kepada wali murid di
kelasnya.
45. Tugas
& materi pembelajaran yang diberikan, boleh di rumah, bila telah selesai
bisa langsung dikirim ke guru jika punya medsos. Lewat Whatsapp misalnya.
46. Hari
ini sy sudah menerima byk sekali tugas ank ank yg telah selesai dipelajari
& selesai dikerjakan. Ternyata tidak serumit yang ditayangkan. Anak - anak
juga mudah memahami kondisi yang ada.
47. Gunakan
aktivitas sehari – hari sebagai bagian dari belajar. Terkadang kita tidak
menyadari bahwa menonton tv, bermain, dan membaca merupakan aktivitas belajar.
48. Orang
tua harus mendampingi anaknya saat mengakses internet agar tidak terjadi
penyalahgunaan internet
49. Atur
jadwal belajar daring seefektif mungkin agar anak tidak terlalu lama berada di
depan layar laptop karena ada pengaruh radiasi.
50. Pilih
metode pembelajaran yang efektif sesuai karakteristik siswa dan lingkungan.
Berdasarkan tanggapan
– tanggapan di atas, jika kita ambil kedua sisi, maka akan tampak bahwa di satu
sisi, penerapan pembelajaran daring ini menjadi satu ajang kreativitas, baik
dari guru maupun orang tua. Maksudnya, dengan adanya himbauan bagi sekolah
untuk melaksanakan pembelajarang secara daring, guru berlomba – lomba
memanfaatkan berbagai aplikasi pendukung pembelajaran daring tersebut,
contohnya : Rumah Belajar, Ruang Guru, Kelase, Zenius, Microsoft Teams, Talk
Fushion, dst. Hal ini akhirnya menuntut guru yang tadinya ada dalam zona nyaman
dengan cara mengajar kovensional, mulai bergerak untuk membuka laptop, dan
memanfaatkan jaringan untuk mengakses pembelajaran daring dan mempelajarinya.
Selain itu, guru juga
menjadi lebih kreatif dengan adanya pemikiran bahwa di sekolah – sekolah yang
tidak terjangkau akses internet, tentu tidak bisa melaksanakan pembelajaran
daring. Sehingga mereka berusaha mencari mode pembelajaran lain yang mungkin
bisa dilakukan, misalnya dengan bentuk penugasan terstruktur atau Kegiatan
Mandiri Tidak terstruktur, dengan format berisi panduan yang telah disediakan
oleh guru. Contoh format dapat di download DI SINI
Sedangkan bagi orang
tua dan siswa sendiri, ajang kreativitasnya tampak dengan adanya dukungan yang
diberikan oleh orang tua dalam menyediakan alat – alat TIK yang dibutuhkan oleh
anaknya untuk mengikuti pembelajaran daring.
Di sisi lain, penerapan pembelajaran daring ini dianggap
sebagai “beban baru” baik bagi guru, siswa, maupun orang tua yang “belum siap”
dengan sistemnya. Walaupun sekolah tersebut berlokasi di kota, namun masih
banyak juga guru yang belum mengenal Learning Management System (LMS), apalagi
siswa dan orang tua. Siswa sendiri akan terbeban karena mereka harus menghadap
laptop atau gawai selama 2 pekan ke depan.
Bahkan dari postingan
orang tua di Facebook, anaknya tetap belajar daring sesuai jadwal pelajaran di
sekolah, yaitu sampai jam 3 sore. Bayangkan apa yang terjadi jika hal ini
berlangsung terus selama 2 pekan, mereka harus terpaku pada layar laptop dan
gawai karena adanya absensi juga akhirnya siswa tetap harus masuk dalam sistem
pembelajarannya. Bagaimana dengan orang tua ? Yang pastinya, siapkan pulsa
paket data yang memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran daring anak
– anaknya. Bagaimana dengan orang tua yang mempunyai anak lebih dari satu dan
harus daring ?
Refleksi di atas mengakhiri sesi diskusi para
blogger, lalu Ibu Eva memberikan gambaran tentang aplikasi Talk Fushion yang merupakan
fitur video komunikasi terbaru. Saat ini aplikasi tersebut sedang dalam pengembangan
untuk memperkaya pemanfaatan fitur – fiturnya. Tadi malam, para blogger diundang
untuk mengikuti live meeting sebagai salah satu fitur yang ada di Talk Fushion.
Salah satu keunggulannya adalah dapat menampilkan sekitar 25 anggota dalam
video conference. Hal ini yang membedakan Talk Fushion dengan aplikasi lainnya.
Ibu Eva menyampaikan harapannya bahwa ke depan, semakin banyak guru yang dapat
mengakses dan memanfaatkan aplikasi ini dalam pembelajaran daring.
Kesimpulan :
1. Efektifitas pembelajaran daring tergantung dari
karakteristik sekolah dan warganya.
2. Pembelajaran daring dapat dilakukan melalui banyak cara,
di antaranya : full daring berbasis LMS / Aplikasi dan blended, misalnya :
tugas diinformasikan lewat WhatsApp dan dikerjakan secara manual.
3. Ada sisi positif dan negatif terkait pembelajaran daring
yang ditempuh sebagai imbas kebijakan lock down, yaitu : sisi positif dapat
meningkatkan kreativitas guru, siswa, dan orang tua. Sisi negatif yaitu : siswa
harus menghabiskan waktu lama untuk mengikuti pembelajaran daring, tidak bebas,
dan bsia cepat bosan sehingga tidak konsentrasi belajar. Sedangkan orang tua
sendiri terbeban dengan banyaknya pengeluaran untuk membeli kuota paket data.
4. Orang tua wajib melakukan pemantauan terhadap siswa yang
melaksanakan pembelajaran daring, agar terhindar dari penyalahgunaan internet.
5. Pembelajaran daring membutuhkan kesiapan dari semua pihak
terkait agar bisa berjalan dengan efektif
Good Jobb... Berbakat dan inspiratif woman
BalasHapusTrm ksh bnyk, Pak Ari.
HapusInspiratif...
BalasHapusTrm ksh, Pak
Hapuskeren resumenya
BalasHapusTrm ksh Om Jay.
HapusMantul resumenya buk tere
BalasHapusLengkap sekali. Ada ulasan dan kesimpulannya. Keren Bu Tere
BalasHapus