Kupas Tuntas Metode dan Media / APE yang Sederhana dan Menarik di Masa Pandemi Covid 19 (Resume Materi Webinar Kemdikbud Sesi 2 :Selasa, 30 Juni 2020)
Pak Cecep Kustandi, Narasumber Webinar
Hari ini Selasa, 30 Juni 2020, saya merasa sangat bersyukur karena mendapat kesempatan untuk menimba ilmu dari narasumber yang sangat berkompeten di bidangnya. Beliau adalah Bpk. Cecep Kustandi. Pak Cecep merupakan Kepala Pusat Sumber Belajar di Universitas Negeri Jakarta, selain itu beliau juga aktif dalam menulis berbagai jurnal termasuk jurnal internasional seperti Scopus. Pemegang 10 HAKI media pembelajaran ini akan berbagi ilmu dan pengalamannya dalam topik Kupas Tuntas Metode dan Media / APE yang Sederhana dan Menarik di Masa Pandemi Covid 19 selama kurang lebih 2 jam.
Pada bagian pembukaan, ditayangkan lagu Indonesia Raya kemudian host sekaligus moderator yaitu Ibu Nita Isaeni, menyampaikan permohonan maaf berhubung salah satu narasumber berhalangan hadir saat webinar kali ini.
Kemudian, Ibu Nita mengajak kami untuk berdoa dan kami pun siap untuk mengikuti acara webinar pada hari ini. Saya juga sudah menyiapkan alat tulis untuk mencatat semua poin penting yang akan disampaikan oleh narasumber.
Pada bagian pertama paparan yang disampaikan oleh Pak Cecep, kami diajak untuk mengakses materi beliau sekaligus berinteraksi langsung melalui mentimeter. Kami pun langsung mengakses menti.com melalui perangkat laptop dan hp dan memasukkan kode yang beliau sediakan.
Dalam menti.com, kami diminta untuk memberikan respon terkait pertanyaan - pertanyaan berikut :
1. Media apa yang dimanfaatkan untuk pembelajaran pada masa pandemi ini ?
Berdasarkan respon peserta diperoleh jawaban bahwa media yang paling banyak digunakan selama masa pandemi adalah whatsapp, lalu zoom, youtube, google form, dan google classroom.
2. Selama BdR saya menggunakan media untuk apa ?
Berdasarkan respon peserta, media lebih banyak digunakan untuk memberikan tugas, memberikan materi, berdiskusi dengan peserta didik, dan memberikan ulangan/ujian
Setelah itu, kami pun diberikan satu pertanyaan berupa kuis yang harus dijawab dengan sangat cepat, yaitu : Apakah tatap muka bisa digantikan dengan tatap maya menggunakan media zoom, webex, google meet, dsb ?
Dan inilah respon peserta : sebanyak 110 peserta menjawab tatap muka bisa digantika n oleh tatap maya dan 55 peserta menjawab tidak bisa.
Kemudian pertanyaan terkait kesiapan guru dalam menghadapi kegiatan belajar di tahun ajaran baru dalam nuansa BdR adalah sebagai berikut :
Setelah mengambil pre test pada peserta webinar, Pak Cecep menyampaikan paparannya. Beliau mengatakan bahwa metode / aktivitas belajar dapat diibaratkan sebagai King dan media sebagai Queen.Keduanya harus berjalan dengan baik dan secara harmonis. Kunci utamanya adalah interaksi.
Contoh media yaitu : video, slide presentasi, ebook, audio, dll. Sedangkan contoh metode / aktivitas belajar yaitu : simulasi, diskusi, proyek kolaborasi, dll. Dan penggabungan antara King dan Queen yaitu pelaksanaan diskusi melalui grup WA.
Pak Cecep juga memberikan gambaran aktivitas belajar yang dapat dilakukan oleh peserta didik selama pandemi. Beliau menggunakan istilah PEDATI (diadaptasi dari Chaeruman,2019). PEDATI adalah akronim dari Pelajari (Learning), Dalami (Deepening), Terapkan (Applying), dan Evaluasi (Measuring).
Lebih lanjut, beliau menjelaskan sebagai berikut : aktivitas pelajari (learning) adalah aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik untuk belajar dari berbagai sumber belajar. Kemudian aktivitas dalami (deepening) merupakan aktivitas belajar yang dilakukan dalam rangka mengkonfirmasi materi belajar yang disampaikan oleh pendidik melalui sumber belajar, apakah sudah sesuai atau belum. Kegiatan konfirmasi ini dapat dilakukan melalui aplikasi tatap maya seperti zoom, webex, google meet, dll.
Berikutnya adalah aktivitas terapkan (applying). Dalam hal ini, peserta didik diharapkan agar dapat menerapkan konsep - konsep pembelajaran yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari - hari dan terutama digunakan untuk mengerjakan penugasan dari guru. Catatan penting bagi guru dalam memberikan penugasan adalah hendaknya memberikan penugasan yang bersifat kolaboratif.
Makna dari penugasan kolaboratif adalah penugasan yang memungkinkan siswa (khususnya siswa di SMP) untuk bekerja sama mengerjakan tugas berupa Problem Based Learning dan Project Based Learning dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Dan aktivitas belajar yang terakhir adalah evaluasi (measuring) dengan menggunakan aplikasi kahoot, quizizz, google form, dll.
Namun, jika di daerah tersebut tidak tersedia jaringan/listrik, maka aktivitas pembelajaran dapat terus dilakukan dengan menggunakan : LKS, papan (board,), board game, puzzle, media 3 dimensi (model, mock up, diorama), dan sumber belajar lainnya.
Pada bagian berikutnya, Pak Cecep mengajak peserta untuk kembali berinteraksi melalui Slido dengan cara mengakses sli.do dan masuk dengan menggunakan kode yang disediakan. Menurut beliau, slido dapat digunakan untuk pembelajaran dengan sangat mudah.
Guru dapat membuat beberapa jenis pertanyaan dengan menggunakan Slido. Misalnya open question (jawaban singkat), rating, survei, dll. Contoh pertanyaan yang bisa ditanyakan pada siswa adalah pertanyaan yang menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS).
Selain untuk mengerjakan tugas, Slido juga dapat digunakan untuk berdiskusi melalui fitur Question & Answer (Q & A). Hal yang sangat menarik bagi saya dari Slido ini adalah pengerjaannya yang real time. Jadi pada saat yang sama, respon dapat dibaca oleh guru dalam fitur polling.
Selain menti.com dan Slido, Pak Cecep juga memperkenalkan aplikasi baru kepada peserta webinar yaitu Seesaw. Aplikasi ini dapat diakses melalui browser laptop dengan mengakses www.seesaw.me sedangkan bagi pengguna android, dapat juga menginstal aplikasi seesaw class dari playstore.
Setelah masuk melalui www.seesaw.me, pserta dapat sign up free dan masuk melalui akun gmail. Setelah itu memilih peran : sebagai guru, sebagai siswa, atau sebagai anggota keluarga). Nah, ini adalah hal menarik dari aplikasi seesaw jika dibandingkan dengan aplikasi serupa seperti google classroom, teams, dll.
Dalam aplikasi seesaw, orang tua dapat langsung mengakses kegiatan belajar anak - anaknya secara real time. Dalam hal ini, guru harus lebih dulu melakukan pengaturan untuk mengizinkan orang tua / anggota keluarga dapat mengakses kelas seesawnya. Selain itu kelebihan dari seesaw adalah kita dapat menggunakan aktivitas belajar yang sudah dirancang oleh guru - guru lain di seluruh dunia yang tergabung dalam community kelas seesaw.
Untuk memulai kelas, guru dapat melakukan sign up melalui akun gmailnya lalu klik create class dan membuat nama kelas serta tingkat kelasnya (grade). Kemudian menambahkan siswa. Jika guru sudah mempunyai kelas di google classroom, maka bisa langsung menambahkan siswanya. Namun jika belum, maka bisa menambahkan siswa dengan mengundang alamat emailnya.
Kemudian guru dapat membuat instruksi yang akan dikerjakan oleh siswa. Seperti absensi, soal - soal pertanyaan, dan penugasan seperti membuat video, dll. Setelah kelas disetting, maka selanjutnya guru dapat membagikan kode kelas kepada siswa agar siswa dapat mengakses aktivitas / instruksi di kelasnya.
Pak Cecep menyampaikan bahwa teknologi sebenarnya dapat membantu kegiatan BdR yang dilakukan oleh siswa, namun walaupun demikian, tatap muka tetap tidak bisa digantikan oleh tatap maya. Karena jika tidak ada tatap muka, maka siswa harus belajar secara personal mandiri (self directed asyinchronous learning) dengan menggunakan berbagai sumber belajar. Selain itu, siswa juga perlu melakukan tatap maya dengan guru dan siswa yang lain untuk mengkonfirmasi pemerolehan hasil belajar mereka secara mandiri. Dan berikutnya, mereka pun perlu berkolaborasi dalam mengerjakan penugasan yang diberikan.
Catatan penting yang harus diperhatikan ketika guru menggunakan media adalah jaminan kualitas media itu sendiri (quality guarantee). Pastikan bahwa media yang digunakan melibatkan interaksi antara : peserta didik dengan obyek belajar,
peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru, peserta didik dengan sumber belajar yang lain, dan interaksi yang terjadi secara intensif.
Kesimpulan : apapun medianya tidak akan maksimal jika tidak ada aktivitasnya.
Catatan : Artikel ini merupakan resume webinar kemdikbud hari Selasa, 30 Juni 2020 dan perdana tayang di blog ini. Copas tidak diperkenankan namun silakan share jika artikel ini bermanfaat. Terima kasih.
Salam blogger, salam persahabatan.
Belum ada Komentar untuk "Kupas Tuntas Metode dan Media / APE yang Sederhana dan Menarik di Masa Pandemi Covid 19 (Resume Materi Webinar Kemdikbud Sesi 2 :Selasa, 30 Juni 2020)"
Posting Komentar