Desain Pembelajaran Jarak Jauh Paling Efektif, Rekomendasi Bagi Guru
Desain Pembelajaran, Tinta Pendidikan Indonesia |
“Tiga pertanyaan yang perlu didiskusikan adalah : berapa persen materi pembelajaran yang tidak ada di internet ? Model guru seperti apa yang disukai oleh siswa, apakah guru yang hanya memberikan ceramah ataukah guru yang menggunakan berbagai sumber belajar termasuk internet ? Dan yang ketiga adalah jika semua materi pembelajaran sudah terdapat di internet, lalu apa fungsi guru ?
Sejak
pemerintah mengeluarkan Surat Edaran yang salah satu pointnya berisi kebijakan
untuk meliburkan guru dan siswa, maka saat itu juga berbagai tawaran tentang
model pembelajaran jarak jauh moda daring atau online menjamur di laman media
sosial. Sebut saja Rumah Belajar, Ruang Guru, Zenius, Edmodo, Google Classroom,
dll. Praktis dan mudah diakses serta memberikan pengalaman belajar berbasis
Learning Management System (LMS) merupakan sebuah “nilai jual” bagi platform
penyedia layanan belajar online tersebut. Namun, apakah ini sebuah desain
pembelajaran yang efektif ? Bagaimana dengan live streaming, chat melalui
WhatsApp dan Telegram, bahkan video pembelajaran di Chanel Youtube ?
Kondisi Real Pembelajaran Jarak Jauh
Rupanya
tidak semua daerah, dalam hal ini tidak semua sekolah dapat melaksanakan
pembelajaran daring sebagai layanan pembelajaran bagi siswa selama masa libur
di rumah dan belajar di rumah. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa guru, termasuk penulis sendiri tentang kondisi real pembelajaran jarak jauh yang mereka hadapi saat ini.
Pembelajaran jarak jauh yang saat ini dilaksanakan di sekolah penulis baru sebatas
penggunaan video pembelajaran yang diupload di chanel youtube, dari
sejumlah 20 siswa di kelas, baru sekitar 5 siswa yang dapat menggunakan video
tersebut. Namun, video pembelajaran yang dibuat oleh penulis, lebih banyak dimanfaatkan
oleh guru dan siswa dari sekolah lain, bahkan dari luar NTT. Selebihnya, siswa
belajar dengan memanfaatkan buku cetak.
Lain
lagi dengan cerita dari Ibu Eva Hariyati, Ibu Eva mengajar di Kupang, NTT.
Basic keguruannya adalah bidang IT sehingga Ibu Eva memberikan layanan belajar
kepada siswa – siswa SMA di sekolahnya dengan memanfaatkan google classroom,
Microsoft Kaizala, hingga google form untuk penugasan.
Kendala yang Ditemui di Lapangan
Bercermin
dari sharing para guru tadi malam dalam acara bertajuk “Mendesain Pembelajaran
Jarak Jauh” yang dilakukan melalui teleconference webex bersama Host Bapak
Indra Charismiadji, seorang praktisi dan pemerhati pendidikan 4.0, sebenarnya
proses pembelajaran jarak jauh yang saat ini dijalankan oleh para guru di
seluruh Indonesia, masih kurang efektif. Hal ini dikarenakan masih banyaknya
kendala yang ditemui di lapangan.
Adapun
kendala – kendala tersebut adalah sbb :
1. Lemahnya
infrastruktur, seperti sarana dan prasarana pembelajaran online (computer,
laptop, gawai), jaringan internet terbatas, kuota paket data yang minim, belum
terjangkau listrik, dll
2. Terbatasnya
Info struktur, yaitu kurangnya kemampuan guru dan siswa dalam mengakses layanan
belajar jarak jauh yang berbasis LMS, seperti google suite dan google
classroom. Selain itu, implementasi pembelajaran HOTS masih belum tampak,
pembelajaran yang dilakukan guru belum mampu melatih kemampuan daya nalar
seluruh siswa.
3.
Belum
tumbuhnya info kultur, hal ini ditandai dengan masih adanya mindset guru
sebagai pusat belajar dan satu – satunya sumber belajar. Kultur yang harus
dibangun saat ini di dunia pendidikan adalah kultur era digital, sehingga guru
diharapkan dapat mengambil peran penting dalam pendidikan abad 21.
Ketiga
kendala yang sudah diungkapkan di atas, sebenarnya merupakan 3i Framework
Digitalisasi Pendidikan, yang harus dihayati dan dijadikan panduan dalam
melaksanakan pembelajaran jarak jauh agar proses pembelajarannya benar – benar
efektif.
Tantangan Pendidikan Masa Kini
Dengan
adanya kendala – kendala dalam implementasi 3i Framework untuk pembelajaran abad
21, maka semua pihak terkait harus melakukan sinergi yang baik agar dapat
membantu siswa dalam menjawab aneka tantangan pendidikan masa kini. Untuk
mengetahui tantangan pendidikan masa kini, kita harus melandasinya dengan pemahaman
terhadap 4 pilar pendidikan UNESCO, yaitu : Learning to Know (belajar untuk
mengetahui), Learning to Do (belajar untuk melakukan sesuatu), Learning to Be
(belajar untuk menjadi sesuatu), dan Learning to Live Together.
Dengan
demikian, sebenarnya yang lebih penting dari belajar, bukanlah konten atau
materi pembelajaran itu sendiri (What to Learn), melainkan bagaimana cara
belajar (How to Learn). Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa ilmu selalu
berkembang. Setiap saat ilmu akan terus diupdate oleh peradaban. Sebagai
contoh, sekitar tahun 2000, Pasar Handphone dirajai oleh produk – produk Nokia.
Sehingga orang – orang berusaha untuk mempelajarinya. Namun, ketika di masa
sekarang, kebutuhan informasi lebih penting daripada kebutuhan teknologi, maka
orang – orang akan lebih banyak mencari produk Handpone yang memberikan layanan
informasi secara cepat, misalnya handphone yang mengusung tipe android.
Demikian
juga dalam dunia pendidikan. Memasuki era Revolusi Industri 4.0, banyak
kekhawatiran jika peran guru tergantikan oleh teknologi. Apalagi selama ini
guru masih “tersesat” dalam struktur kurikulum. Muatan Kompetensi Dasar (KD)
yang tercantum dalam Permendikbud No. 37 Tahun 2018, bukan merupakan urutan
materi yang harus dipelajari oleh siswa, melainkan sekumpulan kompetensi yang harus
dicapai oleh siswa melalui pembelajaran.
![]() |
Kompetensi Abad 21 |
Tantangan pendidikan masa kini, menuntut siswa untuk memiliki keterampilan dalam beberapa jenis literasi dasar, seperti baca tulis, numerasi, digital, financial, dst. Selain itu, siswa juga harus dibekali dengan kemampuan untuk berpikir kritis (critical thinking), berkolaborasi (collaboration), berkomunikasi (communication), dan kreativitas (creativity). Kompetensi dari segi sikap pun harus diperhatikan, baik itu sikap spiritual maupun sikap sosial.
Peran Guru di Abad 21
Untuk
dapat membekali siswa dengan keterampilan literasi, Higher Order Thingking
Skill (HOTS), 4 C Skills, dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), guru
harus menyadari dan melaksanakan perannya di abad 21 sebagai berikut :
·
Leader,
maknanya guru harus berperan sebagai pemimpin yang memberi contoh di garis
depan kepada anak – anaknya, terutama dalam hal Penguatan Pendidikan Karakter
(PPK)
·
Motivator,
maknanya adalah guru harus mendorong anak agar tekun belajar.
·
Fasilitator,
maknanya adalah guru harus mengarahkan siswa untuk belajar sesuai dengan
kompetensi dasar yang diharapkan
Desain Pembelajaran yang Efektif
Berikut
ini adalah rambu – rambu penyusunan desain pembelajaran yang efektif :
a.
Didasari
oleh pemahaman akan 4 pilar pendidikan dari UNESCO
b. Selaras
dengan ketentuan dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses.
c. Mengarah
kepada digitalisasi pendidikan, hal dilakukan atas dasar perkembangan IPTEK
yang begitu cepat di era Revolusi Industri 4.0. Contoh digitalisasi pendidikan
berdasarkan SAMR Model adalah dalam hal membaca, pada tahap Substitusi,
siswa membaca dengan cara membuka pdf dari email, sedangkan pada tahap Augmentasi,
siswa menggunakan kamus dan mencari dokumen untuk dibaca, pada tahap Modifikasi,
siswa dapat melakukan modif atau perubahan bentuk dokumen yang dibaca dengan
cara memberikan komentar atau tanggapan, dan pada tahap Redefinisi,
siswa dapat melakukan interaksi secara langsung dalam bentuk buku interaktif,
untuk mendapatkan hasil kegiatan membaca yang diinginkan. Secara lebih lengkap, tergambar dalam
tabel berikut :
![]() |
Digitalisasi Pendidikan SAMR Model |
d.
Menjadikan
portofolio siswa sebagai target pembelajaran
Ketika guru
“tersesat” dalam pemikiran bahwa ujung keberhasilan siswa dibuktikan dengan
perolehan nilai kelulusan melalui Ujian Nasional, maka sebenarnya guru secara
langsung dan tidak langsung telah mengkerdilkan potensi yang dimiliki oleh
siswa. Karena hanya mengukur “Apa yang sudah dipelajari siswa”.
Untuk itu,
melalui Permendikbud No. 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan
Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid 19, Pemerintah menyatakan bahwa semua
bentuk ujian untuk kelulusan dan ujian akhir semester untuk kenaikan kelas yang
mengumpulkan banyak orang, ditiadakan. Menanggapi hal tersebut, Bpk. Indra
Charismiadji menyatakan bahwa ini adalah kondisi yang bagus, di mana kita bisa
mereset kembali sistem pendidikan kita.
Dengan demikian,
bentuk – bentuk penilaian yang selama ini dilakukan, seperti paper based test,
dapat diganti dengan portofolio siswa. Portofolio ini diyakini dapat lebih
efektif digunakan sebagai bentuk penilaian dalam pembelajaran jarak jauh.
Contoh – contoh portofolio yang dapat dikembangkan oleh guru, diantaranya : Vlog,
Blog, animasi, aplikasi mobile, film, augmented reality, robotics, Internet of
Things (IoT), debat, Focus Grup Discussion (FGD), presentasi, performance,
buku, dll.
Jika
sistem pendidikan direset kembali dengan menggunakan 4 rambu – rambu untuk
mendesain pembelajaran jarak jauh, maka sistem pendidikan di Indonesia
dipercaya akan mampu membawa perubahan yang signifikan dari segi mutu
pendidikan.
Kesimpulan
: pembelajaran jarak
jauh seperti apapun bentuknya, harus selalu berpedoman kepada 4 pilar
pendidikan UNESCO dan Standar Proses No.22 tahun 2016, dengan tetap
memperhatikan karakteristik daerah dan tujuan serta target pembelajaran itu
sendiri.
Kerenn... Detail banget resumenya. 👍
BalasHapusTapi lama, Pak proses merenung dan merecall nya, hehehe
HapusMantap,,, keren bu tere
BalasHapusHallo, Pak Naf. Makasih yaaa udah mampir di blog sy
Hapuskomplit cikgu, keren dan menginspirasi blognya
BalasHapusTrm ksh bnyk, Bu.
Hapusterima kasih.. salam guruku hebat
BalasHapusSama2, trm kasih juga, Pak.
HapusSerasa membaca karya ilmiah,,T.O.P Bu 😊
BalasHapusTrm ksh, Bu. Hanya mencoba menuliskan sebuah resume
HapusThanks Ibu Tere
BalasHapus